FENOMENA BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

on Sabtu, 19 Desember 2009

FENOMENA BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Oleh Rizki M Saputra*

Fenomena bunuh diri sudah sangat dekat dengan pikiran kita dan sangat dekat dengan pembicaraan yang identik dengan terorisme, mereka berani-beraninya bunuh diri mengatasnamakan agama, yang mengatakan Jihad, ada juga yang bunuh diri karena motif ekonomi bahkan mereka berani melakukan hal ini karena adanya rasa kekeluargaan pada yang kuat atau rasa persatuan yang mengikat pada individu yang berkaitan sehingga mereka bunuh diri secara masal dirumah mereka ataupun di perkumpulan yang mereka rancang.

Kemudian muncul beberapa pertanyaan yang muncul dari benak kita. Mengapa itu terjadi? Mengapa mereka sampai bunuh diri? Apa motif tujuan dari bunuh diri. Nah Sebenarnya hal ini sudah dibahas dengan tokoh sosiologi yang sangat terkenal sekali dengan karyanya yang sampai saat ini masih eksis yaitu tentang suicide theory dalam bahasa Indonesia dikenal dengan teori bunuh diri.

David Émile Durkheim adalah tokoh sosiologi yang berasal dari Prancis. Beliau bukan saja dari sudut bunuh diri saja menelusuri masyarakat akan tetapi dari sosiologi agama pun ia terkenal. Karena memang ia berasal dari keluarga Rabbi yahudi.

Ada bebarapa unsur penting dari teori yang diungkapkan oleh Durkheim semasa hidupnya dalam ilmu sosiologi khususnya sebagai kajian yang merujuk pada masyarakat . Ini berguna untuk menganalisis fenomena bunuh diri yang sering atau kerap terjadi dimasyarakat sekitar kita dengan berbagai motif alasan bunuh dirinya. Inti teorinya adalah sebagai berikut dalam pembahasan ilmunya.

Bunuh diri egoistis
Egoisme merupakan sikap seseorang yang tidak berintegrasi dengan grupnya, yaitu keluarganya, kelompoknya, rekan, kumpulan agamanya dan sebagainya. Karena ciri orang bunih diri karena egoistis biasanya sangat tertutup dengan orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun tidak memerlukan bantuan orang lain. Apabila terjadi masalah yang sangat rumit pada orang tersebut semakin bunuh diri. Nah dengan begitu tersudut oleh sifatnya sendiri yaitu egois maka akan melakukan bunuh diri.

Bunuh diri altruistik
Jika bunuh diri egoistis terjadi karena adanya tekan dari dirinya terhadap masyarakatnya maka untuk bunuh diri altruistik ini terjadi karena adanya rasa kekeluargaan atau rasa kesamaan pada grupnya dan sedimikian berintegrasi, hingga diluar itu ia tidak mempunya indentitas. Dicontohkan suku bangsa di India, dimana soeorang janda membeiarkan membakar diri bersama dengan jenazah suaminya. Ini terbukti karena bunuh diri terjadi adanya ikatan yang kuat dengan anggotanya.

Bunuh diri fatalistik
Bunuh diri fatlistik terjadi karena adanya peraturan yang ada dimasyarakat itu sangat mengikat untuk individu sehingga karena terjadinya konfik pada individu sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri.

Bunuh diri anomi
Bunuh diri yang terjadi karena adanya kekosongan norma atau bisa dikatakan tidak adanya norma-norma yang dapat dipercaya di dalam masyarakat. Bunuh diri ia lakukan karena yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma didalam hidupnya. Orang yang bersangkutan pada awalnya sangat memberikan motivasi dan membawa pengaruh dalm setiap tindakannya sedangkan kini sudah tidak ada yang menjadi patokan didalam invidunya sehingga adanya kebingungan untuk berprilaku. Sehingga ia berpikir daripada hidup didunia tidak ada yang mau dicapai lagi sedangkan untuk bergerak tidak ada lagi yang akan ia pedomani lebih baik mengakhiri hidup dengan bunuh diri.Misanya seseorang dalam hidupnya tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk kentingan kelurganya dan ketika suatu saat keluaraga tersebut mendapat musibah yang meluluh lantahkan semua harta dan benda mereka bahkan kehilangan orng-orang dicintainya sehingga harapan untuk membangun kekuatan diri tidak ada lagi, semua telah hilang sehingga orang tersebut memutuskan lebih baik bunuh diri daripada tidak ada tujuan hidup lagi.

Bagaimana dengan Indonesia, bunuh diri yang masuk kategori mana, apakah anomi, egoistik, falistik ataupun altruistik. Pada dasarnya bunuh diri yang telah dikelompokkan oleh Durkheim, untuk di Indonesia ada semuanya akan tetapi yang kerap terjadi adalah bunuh diri altruistik dan egoistik .

Kalau bunuh diri yang dikategorikan altruistik ketika adanya bom bunuh diri dimana-mana yang dipelopori oleh Noordin M. Top warga kebangsaan Malaysia yang menggegerkan masyarakat Indonesia. Bagaimana bunuh diri itu terjadi karena adanya ikatan baik mereka merasa ajaran yang dibawa oleh Noordin itu benar sehingga orang-orang asing bisa dikatakan non muslim adalah perusak islam. Nah, setelah diajarkan untuk merakit bom dan dibekali ilmu agama yang menyeleweng dari syariat. Mereka sang pelaku bom bunuh diri pun melaksanakan tugas dengan iming-iming kata Jihad, dengan embel-embel agama mereka berani bunuh diri dengan meledakkan bom.

Sedangkan bunuh diri egoistik yang terjadi belum lama ini dapat dicontohkan dengan bunuh diri di Super Market- Super Market dan juga dengan munculnya film 2012 yang film ini sempat membuat geger para sebagian masyarakat Indonesia seperti bunuh diri setelah mendengar isu tahun 2012 akan kiamat, seorang pria nekat melompat untuk mengakhiri hidupnya dari gedung yang tinggi setelah melakukan sembahyang. Di kabarkan bahwa ia bunuh diri karena telah sakit-sakitan selama hidupnya sedangkan ia hdup menjadi beban kelurganya. Nah dengan motif itu ia lalu melompat karena takut menyusahkan orang lain. Maka ini dapat dikatakan bunuh diri egoistis karena egosime semata ia bunuh diri.

*Mahasiswa Sosiologi FISE UNY

0 komentar:

Posting Komentar