FENOMENA BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

on Sabtu, 19 Desember 2009

FENOMENA BUNUH DIRI DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI

Oleh Rizki M Saputra*

Fenomena bunuh diri sudah sangat dekat dengan pikiran kita dan sangat dekat dengan pembicaraan yang identik dengan terorisme, mereka berani-beraninya bunuh diri mengatasnamakan agama, yang mengatakan Jihad, ada juga yang bunuh diri karena motif ekonomi bahkan mereka berani melakukan hal ini karena adanya rasa kekeluargaan pada yang kuat atau rasa persatuan yang mengikat pada individu yang berkaitan sehingga mereka bunuh diri secara masal dirumah mereka ataupun di perkumpulan yang mereka rancang.

Kemudian muncul beberapa pertanyaan yang muncul dari benak kita. Mengapa itu terjadi? Mengapa mereka sampai bunuh diri? Apa motif tujuan dari bunuh diri. Nah Sebenarnya hal ini sudah dibahas dengan tokoh sosiologi yang sangat terkenal sekali dengan karyanya yang sampai saat ini masih eksis yaitu tentang suicide theory dalam bahasa Indonesia dikenal dengan teori bunuh diri.

David Émile Durkheim adalah tokoh sosiologi yang berasal dari Prancis. Beliau bukan saja dari sudut bunuh diri saja menelusuri masyarakat akan tetapi dari sosiologi agama pun ia terkenal. Karena memang ia berasal dari keluarga Rabbi yahudi.

Ada bebarapa unsur penting dari teori yang diungkapkan oleh Durkheim semasa hidupnya dalam ilmu sosiologi khususnya sebagai kajian yang merujuk pada masyarakat . Ini berguna untuk menganalisis fenomena bunuh diri yang sering atau kerap terjadi dimasyarakat sekitar kita dengan berbagai motif alasan bunuh dirinya. Inti teorinya adalah sebagai berikut dalam pembahasan ilmunya.

Bunuh diri egoistis
Egoisme merupakan sikap seseorang yang tidak berintegrasi dengan grupnya, yaitu keluarganya, kelompoknya, rekan, kumpulan agamanya dan sebagainya. Karena ciri orang bunih diri karena egoistis biasanya sangat tertutup dengan orang lain dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun tidak memerlukan bantuan orang lain. Apabila terjadi masalah yang sangat rumit pada orang tersebut semakin bunuh diri. Nah dengan begitu tersudut oleh sifatnya sendiri yaitu egois maka akan melakukan bunuh diri.

Bunuh diri altruistik
Jika bunuh diri egoistis terjadi karena adanya tekan dari dirinya terhadap masyarakatnya maka untuk bunuh diri altruistik ini terjadi karena adanya rasa kekeluargaan atau rasa kesamaan pada grupnya dan sedimikian berintegrasi, hingga diluar itu ia tidak mempunya indentitas. Dicontohkan suku bangsa di India, dimana soeorang janda membeiarkan membakar diri bersama dengan jenazah suaminya. Ini terbukti karena bunuh diri terjadi adanya ikatan yang kuat dengan anggotanya.

Bunuh diri fatalistik
Bunuh diri fatlistik terjadi karena adanya peraturan yang ada dimasyarakat itu sangat mengikat untuk individu sehingga karena terjadinya konfik pada individu sehingga ia memutuskan untuk bunuh diri.

Bunuh diri anomi
Bunuh diri yang terjadi karena adanya kekosongan norma atau bisa dikatakan tidak adanya norma-norma yang dapat dipercaya di dalam masyarakat. Bunuh diri ia lakukan karena yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan, dan norma didalam hidupnya. Orang yang bersangkutan pada awalnya sangat memberikan motivasi dan membawa pengaruh dalm setiap tindakannya sedangkan kini sudah tidak ada yang menjadi patokan didalam invidunya sehingga adanya kebingungan untuk berprilaku. Sehingga ia berpikir daripada hidup didunia tidak ada yang mau dicapai lagi sedangkan untuk bergerak tidak ada lagi yang akan ia pedomani lebih baik mengakhiri hidup dengan bunuh diri.Misanya seseorang dalam hidupnya tenaga dan pikirannya dicurahkan untuk kentingan kelurganya dan ketika suatu saat keluaraga tersebut mendapat musibah yang meluluh lantahkan semua harta dan benda mereka bahkan kehilangan orng-orang dicintainya sehingga harapan untuk membangun kekuatan diri tidak ada lagi, semua telah hilang sehingga orang tersebut memutuskan lebih baik bunuh diri daripada tidak ada tujuan hidup lagi.

Bagaimana dengan Indonesia, bunuh diri yang masuk kategori mana, apakah anomi, egoistik, falistik ataupun altruistik. Pada dasarnya bunuh diri yang telah dikelompokkan oleh Durkheim, untuk di Indonesia ada semuanya akan tetapi yang kerap terjadi adalah bunuh diri altruistik dan egoistik .

Kalau bunuh diri yang dikategorikan altruistik ketika adanya bom bunuh diri dimana-mana yang dipelopori oleh Noordin M. Top warga kebangsaan Malaysia yang menggegerkan masyarakat Indonesia. Bagaimana bunuh diri itu terjadi karena adanya ikatan baik mereka merasa ajaran yang dibawa oleh Noordin itu benar sehingga orang-orang asing bisa dikatakan non muslim adalah perusak islam. Nah, setelah diajarkan untuk merakit bom dan dibekali ilmu agama yang menyeleweng dari syariat. Mereka sang pelaku bom bunuh diri pun melaksanakan tugas dengan iming-iming kata Jihad, dengan embel-embel agama mereka berani bunuh diri dengan meledakkan bom.

Sedangkan bunuh diri egoistik yang terjadi belum lama ini dapat dicontohkan dengan bunuh diri di Super Market- Super Market dan juga dengan munculnya film 2012 yang film ini sempat membuat geger para sebagian masyarakat Indonesia seperti bunuh diri setelah mendengar isu tahun 2012 akan kiamat, seorang pria nekat melompat untuk mengakhiri hidupnya dari gedung yang tinggi setelah melakukan sembahyang. Di kabarkan bahwa ia bunuh diri karena telah sakit-sakitan selama hidupnya sedangkan ia hdup menjadi beban kelurganya. Nah dengan motif itu ia lalu melompat karena takut menyusahkan orang lain. Maka ini dapat dikatakan bunuh diri egoistis karena egosime semata ia bunuh diri.

*Mahasiswa Sosiologi FISE UNY

TEORI SOSIOLOGI DALAM ORGANISASI PESAN

on Rabu, 16 Desember 2009

TEORI SOSIOLOGI DALAM ORGANISASI PESAN
Oleh Rizki M Saputra

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang kami ambil dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pengertian komunikasi organisasi?
2. Bagaimanakah pengelompokan suatu organisasi?
3. Bagaimana hubungan antara komunikasi dan organisasi?


BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI ORGANISASI

Golddhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi adalah proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah.
Komunikasi organisasi merunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jarngan organisasi.
Dalam teori-teori organisasi ada dua hal yang mendasar yang dijadikan pedoman:
1. Teori tradisi posisional yang meneliti bagaimana manajemen menggunakan jaringan-jaringan formal untuk mencapai tujuannya.
2. Teori tradisi hubungan antar pribadi yang meneliti bagaimana sebuah organisasi terbentuk melalui interaksi antar individu.
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Robert Bonnington dalam buku Modern Business: A Systems Approach, mendefinisikan organisasi sebagai sarana dimana manajemen mengoordinasikan sumber bahan dan sumber daya manusia melalui pola struktur formal dari tugas-tugas dan wewenang.
2. Fungsi komunikasi dalam organisasi
a. Fungsi informative
Organisasi dapat dipandang sebagai sistem proses informasi. Maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan tepat waktu.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Dalam lembaga atau organisasi ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif yaitu atasan dan pesan.
c. Fungsi Persuasif
Banyak pemimpin memersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi Integratif
Tiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan yang baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut dan laporan kemajuan organisasi.

2.PENGELOMPOKAN ORGANISASI
Max Weber (1964) membuat kategori organisasi menurut jenis wewenang yang dilaksanakan:
1. Organisasi Tradisional
Wewenang ditentukan oleh kebiasaan, serta kepercayaan yang telah lama ada dan tidak perlu dipertanyakan.
2. Organisasi Kharisma
Wewenang diambil dari mutu pribadi pemimpinnya.
3.Organisasi Birokrasi
Wewenang didasrkan pada pengakuan atas aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
Katz dan Kahn (1978) mengemukakan sebagai berikut:
o Organisasi Ekonomis, berkaitan dengan penciptaan kesejahteraan, pembuatan barang dan jasa.
o Organisasi Perawatan, yang berkaitan dengan sosialisasi orang untuk melakukan peran, seperti sekolah.
o Organisasi Penyesuian, berkaitan dengan menciptakan pengetahuan mengembangkan dan menguji teori. Contohnya; Univeritas, lembaga riset.
o Organisasi Manajerial dan Politik, berkaitan dengan Perundangundangan, koordinasi, dan pengendalian sumber daya. Contoh; pemerintahan, partai politik, dan seriakt buruh.

3. HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN ORGANISASI
Hubungan antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.


Pengaruh Komunikasi Terhadap Perilaku Organisasional
Mengenai hubungan organisasi dengan komunikasi, Wiliam V. Hanney dalam bukunya, Communication and Organizational Behavior, menyatakan, ”Organisasi terdiri atas sejumlah orang; ia melibatkan keadaan saling bergantung; kebergantungan memerlukan koordinasi; koordinasi masyarakat komunikasi. Interaksi yang haromonis diantara karyawan satu organisasi, baik dalam hubungannya secara timbal balik maupun secara horizontal diantara para karyawan secara timbal balik pula, disebabkan oleh komunikasi. Sebagai komunkator, seoarang pemimpin organisasi, manager, atau administrator harus memilih salah satu dari berbagai metode dan teknik komunikasi yang disesuaikan dengan situasi pada waktu komunikasi itu dilancarakan.



BAB III
KESIMPULAN

Telah dijelaskan dari pembahasan maka perlu adanya kesimpulan untuk memudahkan mengambil titik tengah dari jawaban rumusan masalah yaitu berikut pengertian dari komunikasi organisasi proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengelompokan komunikasi organisasi Weber yaitu tradisional, karismatik, dan birokrasi. Hubungan antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam mencapai tujuan organisasi itu.

DAFTAR PUSTAKA
Bungin ,Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi. Jakarta : Prenada Media Group.
Effendy, Onong. C. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Offset.
Littlejohn, Stephen (1992). Theories of Human Communication (5th Ed). Califonia: Wadsworth Publishing.
McGrraw-Hill Companies . 1994, Teori-Teori Komunikasi, Universitas Terbuka
Muhamad, Arni, (2002), Komunikasi Organisasi, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Sendjaja, S Djuarsa. Teori Komunik

Upaya Pelestarian Budaya Nasional

Upaya Pelestarian Budaya Nasional

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Budaya yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sangat banyak. Bahkan orang-orang asing sangat tertaik dengan apa yang dimiliki oleh kita.
Sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat sekarang ini telah banyak pengalaman yang diperoleh bangsa kita tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam negara Republik Indonesia, pedoman acuan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara itu adalah nilai-nilai dan norma-norma yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber dan disain bagi terbentuknya kebudayaan nasional.
Warisan budaya tidak bergerak biasanya berada di tempat terbuka dan terdiri dari: situs,tempat-tempat bersejarah, bentang alam darat maupun air, bangunan kuno dan/atau bersejarah, patung-patung pahlawan. Warisan budaya bergerak biasanya berada di dalam ruangan dan terdiri dari: benda warisan budaya, karya seni, arsip,dokumen, dan foto, karya tulis cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan film.
Dan yang lebih memprihatinkan lagi, banyak kesenian dan bahasa Nusantara yang dianggap sebagai ekspresi dari bangsa Indonesia akan terancam mati. Sejumlah warisan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang sendiri telah hilang entah kemana. Padahal warisan budaya tersebut memiliki nilai tinggi dalam membantu keterpurukan bangsa Indonesia pada jaman sekarang.
Sungguh ironis memang apabila ditelaah lebih jauh lagi. Akan tetapi, kita tidak hanya mengeluh dan menonton saja. Sebagai warga negara yang baik, mesti mampu menerapkan dan memberikan contoh kepada anak cucu nantinya, agar kebudayaan yang telah diwariskan secara turun temurun akan tetap ada dan senantiasa menjadi salah satu harta berharga milik bangsa Indonesia yang tidak akan pernah punah.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan tersebut di latar belakng maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
A. Bagaimana upaya kita sebagai warga Indonesia untuk peduli dengan kebudayaan yang kita miliki dari warisan nenek moyang yang telah berabad-abad ditinggalkan pada kita?
B. Sebenarnya apa yang melatar belakangi menurunnya rasa cinta dengan kebudayaan yang kita miliki?
C. Sebenarnya yang membawa kebudayaan kita keluar negeri adalah orang Indonesia atau orang asing yang sengaja ingin menghancurkan Indonesia?
B. PEMBAHASAN
1. SEKILAS TENTANG BUDAYA
Budaya atau Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Berikut adalah pendapat tentang kenudayaan menurut para tokoh :
HERSKOVITS
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
EDWARD BURNETT TYLOR
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
SELO SOEMARDJAN dan SOELAIMAN SOEMARDI
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
2. UPAYA PELESTARIAN BUDAYA
Pelestarian Budaya Lokal
Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnya kearifan lokal tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya. Padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari jatidirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit jumlahnya.
Kita sendiri, bangsa Indonesia, yang kaya dengan warisan budaya justru mengabaikan asset yang tidak ternilai tersebut.Sungguh kondisi yang kontradiktif. Kita sebagai bangsa dengan jejak perjalanan sejarah yang panjang sehingga kaya dengan keanekaragaman budaya lokal seharusnya mati-matian melestarikan warisan budaya yang sampai kepada kita. Melestarikan tidak berarti membuat sesuatu menjadi awet dan tidak mungkin punah. Melestarikan berarti memelihara untuk waktu yang sangat lama. Jadi upaya pelestarian warisan budaya lokal berarti upaya memelihara warisan budaya lokal untuk waktu yang sangat lama. Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang berkelanjutan (sustainable).
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUDAYAAN
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebudayaan secara garis besar adalah :
a) Faktor kitaran (lingkungan hidup, geografis mileu) faktor lingkungan fisik lokasi geografis merupakan suatu corak budaya sekelompok masyarakat;
b) Faktor induk bangsa ada dua pandangan berbeda mengenai faktor induk bangsa ini, yaitu pandangan barat dan pandangan timur. Pandangan barat berpendapat bahwa perbedaan induk bangsa dari beberapa kelompok masyarakat mempunyai pengaru terhadap suatu corak kebudayaan. Berdasarkan pandangan barat umumnya tingkat cauca soit dianggap lebih tinggi dari pada bangsa lain,yaitu mingloid dan negroid.
c) Faktor saling kontak antar bangsa. Hubungan antar bangsa yang makin mudah akibat sarana perhubungan yang makin sempurna menebabkan satu bangsa mudah berhubungan dengan bangs lain.
4. MASALAH DALAM KEBUDAYAAN NASIONAL
Masalah dalam Kebudayaan Nasional Indonesia saat ini adalah tidak sesuainya perilaku dengan gagasan atau ide nasioan yang dibangun. Sebagai contoh, Pancasila dan UUD 45 sebagai pandangan hidup dan dasar negara beserta normatifnya sudah bagus, tetapi di lapangan aktivitas sehari-hari justru kerap tidak sejalan. Lain dalam tataran gagasan lain dalam tataran perilaku. Contoh nyata masalah penghargaan kepada kebhinekaan atau pluralitas atau kemajemukan.
Kita sepakat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang pluralis dalam segala hal. Normatifnya penghargaan kita terhadap kebhinekaan totalitas, artinya tidak ada satu kelompok pun, apakah itu karena faktor etnis atau budaya atau agama yang dipinggirkan. Namun penghargaan tersebut dalam tingkatan aktivitas tidak demikian. Masih kerap kita dengar etnis tertentu, penganut agama tertentu, aksesnya ke bidang-bidang tertentu dimarjinalkan, dipinggirkan, dijadikan warganegara kelas 2 atau kelas 3, hanya faktor karena etnis, faktor agama dan lainnya.
Alasan peminggiran karena faktor agama, karena tidak sesuai dengan ajaran agama yang sedang dianut. Penyesuaian ini dikatakan karena Tuhan mensyaratkan demikian. Tetapi bila ditanya mana bukti material Tuhan mengatakan demikian tidak pernah ada. Artinya belum pernah ada mandat yang diberikan Tuhan secara faktual kepada manusia untuk mewakili diri Nya sebagai pencipta, yang ada hanyalah mandat non material.
Mandat seperti ini susah membuktikannya karena lebih banyak berdasarkan mimpi atau tafsiran atau pengkultusan, sementara di sisi lain, material kehidupan tidak seperti itu, karena material kehidupan ini adalah faktual, seharusnya tidak perlu terjadi pemarjinalan karena faktor agama tersebut. Idealnya memang demikian, kenyataannya tidak demikian. Inilah contoh perilaku kelompok tertentu di Indonesia yang tidak sesuai dengan Kebudayaan Nasional Indonesia, baik dalam tingkat gagasan, maupun material, sebab tidak ada undang-undang produk Indonesia yang berisi diskriminatif tersebut. Tetapi budaya politik yang dikembangkan bersifat diskriminatif.

Perilaku korupsi, bermental atau berkarakter monyet, menunggangi masyarakat untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan kemajemukan Indonesia adalah beberapa perilaku yang belum sesuai dengan Kebudayaan Nasional Indonesia dari sisi gagasan.
5. SARAN UNTUK MEMPERTAHANKAN BUDAYA NASIONAL
Ada beberapa sarana untuk memepertahankan kebudayaan yang ada di Indonesia sebagai khazanah bangsa kita.
Saran yang paling mudah untuk mempertahankan kebudayaan agar lebih baik lagi sehingga dapat dikenal bahwa ini adalah hasil kebudayaan yang kita miliki dari nenek moyang. Seperti berikut ini :
MELALUI LAYAR KACA
Menurut Drs. Tashadi, peneliti Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta bahwa dalam budaya tradisional terkandung nilai-nilai luhur pembentuk jati diri bangsa. Ketika nilai-nilai ini hilang dan tidak lagi dimengerti oleh generasi muda maka mereka hanya akan memiliki nilai-nilai global, dan hilanglah jati diri bangsa Indonesia ini.
MELALUI SANGGAR-SANGGAR BUDAYA
Walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau lambat, budaya tradisional kembali akan bergairah.
Dengan demikian maka kebudayaan yang telah ditelurkan akan selalu diingat dan di minati oleh para generasi penerus bangsa, sehingga kita mempunyai ciri kebudayaan yang berbeda dengan bangsa lain walaupun pengaruh globalisasi sangat besar sekali, yang kadang-kadang mengancam kebudayaan yang dimiliki dari setiap bangsa.
MELALUI PELATIHAN dan SEMINAR
Dengan diadakannya seminar serta pelatiahan-pelatiahan tentang kebudayaan misalnya dengan seni tari maka disaat pelatihan itu akan diadakan sosialisasi tari kebudayaan setempat misalnya cara gerak gerik dlm memainkan tari tersebut bagaimana.
MELALUI BUKU-BUKU
Dengan adanya buku –buku yang mendukung akan kebaikan bagi para generasi selanjutnya seperti buku kebudayaan asal provinsi yang ada di Indonesia. Maka para generasi kita tidak akanlupa kebudayaan yang sebanyak itu dari Sabang sampai Merauke. Yang sangat banyak sekali suku bahkah dalam satu provinsi memiliki berbagai bahasa. Contohnya di Jawa Tengah ada yang Jawa Ngapak, Jawa Solo dan Jawa Yogya, itu sangat terlihat sekali perbedaanya dari logak bahasa dan arti penggunaan bahasa. Sehingga itu perlu adanya yang suatu buku yang membantu mengungkap perbedaan itu. Karena berbeda manjadi khassanah yang sangat unik.
CARA MEMPERTAHANKAN KEBUDAYAAN
Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal disertasi para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat. Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas.
Menurut Prof. Dr. Edi Sedyawati, mantan Dirjen Kebudayaan, harus ada perlindungan budaya yang lebih jelas maka diperlukan sebuah undang-undang yang khusus untuk perlindungan karya budaya tradisional.
C. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat diambil sebuah simpulan serta menawab pertanyaan dari rumusan masalah sehingga jawaban yang bisa diteruskan adalah kebudayaan yang telah ada sebenarnya itu akan tetap bertahan menjadi kebudayaan yang utuh apabila kita mengakui dan melestarikan kebudayaan yang kita akui. Maka itu akan mustahil diakui oleh bangsa lain karena mereka tahu bahwa ini adalah indentitas bangsa Indonesia namun bila kita tidak mengakui atau pun tidak mengklaim secara utuh. Yang terjadi seperti saat ini kebudayaan kita banyak diakaui oleh negara tetangga.
Yang sebenarnya melatarbelakangi menurunya rasa cinta kepada kebudayaan sendiri khususnya para generasi pemuda saat ini yang telah banyak menyenai dan mengaggap kebudayaan sendiri padahal itu adalah bukan ciri dari kebudayaan kita. Misalnya cara makan yang bediri pada suatu acara padahal kebudayaan yang kita miliki bukan seperti itu.
Sebenarnya yang membuat kebudayaan yang kita punya berada pada negara lain dikarenakan banyak hal seperti orang Indonesia yang membawa keluar negeri namun dengan dasar untuk meperkenalkan tetapi ada orang yang mencuriakan hal itu seperti Reog Ponorogo yang ada di Malaysia dengan nama Barong.
Sehingga yang perlu mempertahankan kebudayaan adalah kita sendiri dan untuk mengembangkan serta mempertahankan kebudayaan banyak cara yang sangat efektif untuk kedepannya dari layar kaca, sanggar pelatihan serta buku-bukuk yang mendukung, maka dari itu perlu adanya perhatian dari diri dan bangsa Indonesia khususnya.

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Oleh Prof. Dr. Farida Hanum, M. Si
Pendidikan Multikultural dan Perilaku Bangsa
Nieto mengatakan penting seklai kajian tentang budaya yang dapat mempengaruhi kegitan belajar agar mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Jika dilihat dari kehidupan yang multicultural, pemahaman yang berdimensi multikultural harus hadir untuk memperluas wacana pemikiran yang selama ini masih mempertahankan egoism, kebudayaan, agama, kelompok. Menjaga prulalitas kebudayaan atau keragaman budaya merupakan interaksi sosial dan politik antara orang-orang yang berbeda cara hidup dan berpikir dalam suatu masyarakat. Karena hal ini akan menolak kefanatikan terhadap kebudayaan lain. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa dengan bermacam-macam latar belakang akan memiliki kesempatan dalam meningkatkan pendidikannya.
Howard mengatakan bahwa pendidikan multikultural memberi kompetensi multicultural. Dahulu siswa diawal itu selalu dengan adanya pengaruh dari budayanya masing-masing. Oleh karena itu maka, perlunya sosialisasi tentang pendidikan multikultural sejak dini. Dengan begitu maka masyrakat akan bias memahami adanya perbedaaan kebudayaan atau kultur antar sesama masyarakat Indonesia. Karena ini akan berdampak pada usage, folkways, mores, dan costums.
Musa Asya’rie pendidikan multikultural bermakna sebagai proses pendidikan cara menghormati, tulus, toleran terhadap kebudayaan lainnya.
Fay mengemukakan multikulturalisme menunjukkan suatu yang krusial dalam dunia kontemporer. Dalam dunia multikultural harus mementingkan adanya perbedaaan antar satu dengan yang lainnya.
Banks pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaaan dan penjelasan yang mengakaui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis si dalam membentuk gaya hidup, pengalamn sosial, indentitas pribadi, kesempatan pendidikan bagi individu.
Perkembangan Multikultural di AS dan Luar AS
Pendidikan multikultural, di sini sudah berkembang sejak lama. Dengan strategi pendidikan multikultural adalah pengembangan dari studi interkultural dan multikulturalisme.
Akan tetapi perkembangannya itu merupakan tujuan politis ini menipis dan bahkan hilang sama sekali. Karena bersifat humanism, demokratis. Selanjutnya pendidikan multikultural ini justru menjadi motor penggerak dan untuk diterapkan di kampus, sekolah-sekolah dan institusi-institusi pendidikan. Perkembangannya pun semakin baik pada tahun 1960 an yang pertama kali di ungkapkan oleh Banks.
Pada saat itu, perkembangan pendidikan multicultural lebih pada kulit putih di AS dan didiskriminasi oleh kulit hitam.
Pendidikan multikultural sekarang berkembang di dalam masyarakat Amerika bersifat antarbudaya etnis yang besar, yaitu budaya antarbangsa. Terdapat empat jenis dan perkembangann pendidikan multikultural di Amerika yaitu (1). Pendidikan yang bersifat segregasi yang memberikan hak berbeda antara kulit putih dan kulit hitam; (2) pendidikan menurut konsep Salad Bowl; (3) konsep melting pot; (4) pendidikan multikultural melahirkan suatu pedagogik.
Inggris, pendidikan multikultural berkembang berjalan sesuia dengan datangnya para imigran, yang mendapat perlakukan diskriminatif oleh pemerintah dan kaum mayoritas. Sehingga muncul gerakan yang berlatar belakang budaya.
Jerman, Kanada dan Australia sama halnya yang terjadi di Inggris dan AS.
Pendidikan Multikultural di Indonesia
Kondisi masyarakat Indonesia sangat beragam dan masyarakatnya pun tinggal di wilayah yang berbeda-beda yang dipisahkan dengan jarak yang sangat jauh. Sehingga untuk mengakses dari berbagai konsep pendidikan pun akan terhambat. Apalagi ditambah dengan konseppemerintahan yang masih kurang dan membutuhkan pemberian konsep dalam pembaharuan dari pemerintahan yang belum tersuswun dengan baik. Pendidikan multikultural sangat menekankan pentingnya akomondasi hak setiap kebudayaan dan masyarakat dan sub-nasional untuk memlihara dan mempertahankan indentitas kebudayaan dan masyarakat nasional.
Perspektif dan Tujuan Pendidikan Multikultural
Robinson menyampaikan bahwa ada tiga perspektif multikulturalsme di dalam sistem pendidikan: (1) perspektif cultural assimilation, (2) perspektif cultural pluralism (3) perspektif cultural synthesis.
Pilihan perspektif pendidikan sintesis multikultural memiliki rasional yang paling dasar di dalam hakekat tujuan suatu pendidikan multikultural, yang dapat diindentifikasikan memalui tiga tujuan yaitu atitudinal, kognitif, dan intruksional.
Implementasi Pendidikan Multikultural
Banks mengemukakan empat pendekatan yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum maupun pembelajaran di sekolah yang bila dicermati relevan untuk diimplekaskan di Indonesia.
1. Pendekatan Kontribusi (the contributions Approach )
2. Pendekatan Aditif ( the Aditif Approach)
3. Pendekatan Transformasi ( the transformation Approach)
4. Pendekatan Aksi Sosial ( the Social Action Approach)

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Oleh Prof. Dr. H. Abdul Munir Mulkhan, SU
Pendidikan Multikultural ialah upaya menumbuhan kesadaran pentingnya perbedaaan yang memang dibawa sejak lahir atau tumbuh dari interkasi sosial. Paulo Freire pernah mengajukan mengajukan kritik tentang praktik pendidikan yang menempatkan guru sebagai gudang ilmu dimana murid sebagai kreditor.
Pendidikan Kreatif
Pendidikan memiliki siasat untuk membeljarkan pola-pola perubahan dengan adanya hal pendidikan kreatif dalam pendidikan perlu adanya pertumbuhan nilai-nilai dengan berbagai aspek.
Pendidikan Multikultural
Pendidikan monokultural dengan mengabaikan keunikan dan prulalitas saperti yang selama ini dijalankan, karena akan menahan pertumbuhan kritis dan pribadi yang kreatif. Dengan akibat yang luas yaitu pengaruh pada jalan pemikiran dari masyarakat kita saaat ini yaitu dari hanya pada hal yang tunggal sehingga masalah-masalah yang muncul akan menjadi sulit untuk diselesaikan. Permasalahan yang sederhana namun akhirnya menjadi proporsional.
Keunikan tradisi lokal dan pengalaman keagamaaan tidak ditempatkan sebagai akar kebangasaan. Kebijakan politik kenegaraan lebih bersumber dari konsep kebangsaan nasionalitas berdasarkan ide monokultural.
Keber-liyan-an (Otherness)
Keber-liyan-an (Otherness) lebih penting dari homoginitas keseragaman dimana seseorang hanya penting jika dibedakan dari orang lain.
Pendidikan multikultural mengandaikan sekolah dikelola sebagai simulasi arena hidup nyata yang plural, berkembang dan berubah. Sekolah dan kelas sebagai wahana belajar dengan pemeran utamannya adalah peserta didik di saat guru dan seluruh tenaga pengajar sebagai fasilitator.
Pendidikan multikultural didasari ide kebermaknaan keberliyanan tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota yang kian kecil hingga tiap peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan kesadaran kolektif. Guru bukan actor tunggal tetapi sebagai fasilitator dalam kegiatan asanbelajar namun kadang kalanya guru wajib menciptakan suasana nyaman dari tiap belajar. Kelas bertujuan untuk mengembangkan peluang diri siswa bukan untuk membungkam dari keinginan siswa dalam pengemngan diri.
Gagasan pendidikan multikultural bersumber prindip martabat keunikan dari tiap peserta didik. Pendidikan formal diletakkan dalam ide deschooling Ivan Illinch seperti demokrasi yang meletakkan suara rakyat sebagai suara Tuhan.

Festival Bulan Bahasa Indonesia (FALASINDO) 2009 - Agenda - Melayu Online

on Selasa, 10 November 2009

Festival Bulan Bahasa Indonesia (FALASINDO) 2009 - Agenda - Melayu Online

KONSEP DASAR KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA

on Selasa, 27 Oktober 2009

KONSEP DASAR KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi sosial budaya dengan kajian mengenai konsep komunikasi sosial budaya yang menitik beratkan pada pengertian komunikasi dengan dosen pengampu ibu Puji Lestari,M. Hum



DISUSUN OLEH
PRI ROHMAWATI 08413244017
SUKMA ADY CHANDRA 08413244028
NIKE RIKA RISNEWATI 08413244035
RIZKI M SAPUTRA 08413244039
MAULIDA MASYITOH 08413244051

PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
BAB II PEMBAHASAN
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA















BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
Maka komunikasi yang dibentuk dalam suatu masyarakat sangat penting sekali karena ini akan mempengaruhi terhadap perkembangan kehidupan yang selanjutnya, kita bisa lihat dalam kehidupan perkotaan yang sangat individualism bila dibandingkan dengan kehidupan di masyarakat desa yang sangat biak dalam kehidupannya. Kalau dilihat dari tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat kota dengan masyarakat desa yang hanya menempuh pendidikan sebagian besar hanya sampai pada sekolah menengah saja sedangkan yang kota sampai perguruan tinggi.
Dan dengan begitu maka komunikasi yang terbentuk sangatlah penting artinya dalam kehidupan bermasayarakat. Setelah mengetahui konsep-konsep yang telah terbentuk dalam masyarakat yang akan kami kupas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari Latar belakang yang dipaparkan diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah mengenai arti penting Komunikasi Sosial Budaya yang antara lain :
1. Apa definisi dari komunikasi ?
2. Apakah ada konsep yang terbentuk dalam komunikasi?
3. Hambatan apa yang menyebabkan sulinya komunikasi terbentuk?




BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
1. Secara Umum
Komunikasi secara umum dapat dillihat dari dua segi:
a. Secara Etimologis
Secara etimologis , komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, dan kata ini bersumber dari kata Communis. Communnis artinya Sama, dalam ari kata Sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal.
Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang akan di komunikasikan.
b. Secara Terminologis
Komunikasi berarti proses penyampaian suatu peryataan oleh seseorang kepada orang lain.
2. Secara Paradigmatis
Dalam pengerian paradigmatitis dikatakan bahwa adanya pertemuan antara dua orang yang saling berinteraksi. Dalam pengertian ini maka ada tujuan yang mengandung secara lisan,tatap muka, atau pun melalui media baik media surat kabar maupun media non massa, misalnya telepon, surat dan papan pengumuman.
Sehingga dari pengertian paragdigmatis bias dikatakan bersifat Intensional (intentional), mengandung tujuan, oleh karena itu perlu adanya perencanaan.
Maka dapat disimpulkan untuk menampilkan makna yang hakiki, yaitu
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memeberi tahu atau untuk menguabah sikap,pendapat, atau perilaku, baik secara lisan maupun disampaikan dengan media.
B. PROSES KOMUNIKASI
Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak ada-nya sejumlah komponen atau unsur yang dicakup, yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Dalam “ bahasa komunikasi ” komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: - komunikator - orang yang menyampaikan pesan; - pesan - pernyataan yang didukung oleh lambang; - komunikan - orang yang menerima pesan; - media - sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; - efek - dampak sebagai pengaruh dari pesan. Teknik berkomunikasi adalah cara atau “ seni ” penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pemyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya. Pernyataan tersebut dibawakan oleh lambang, umumnya bahasa. Dikatakan bahwa umumnya bahasa yang dipergunakan untuk menyalurkan pemyataan itu, sebab ada juga lambang lain yang dipergunakan, antara lain kial - yakni gerakan anggota tubuh - gambar, warna, dan sebagainya. Melambaikan tangan, mengedipkan mata, mencibirkan bibir, atau menganggukkan kepala adalah tanda yang merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang.

Gbr. Proses Komunikasi dalam Masyarakat.
Gambar, apakah itu foto, lukisan, sketsa, karikatur, diagram, grafik, atau lain-lainnya, adalah lambang yangbiasa digunakan untuk menyampaikan pemyataan seseorang. Demikian pula warna, seperti pada lampu lalu lintas: merah berarti berhenti, kuning berarti siap, dan hijau berarti berjalan; kesemuanya itu lambang yang dipergunakan polisi lalu lintas untuk menyampaikan instruksi kepada para pemakai jalan. Di antara sekian banyak lambang yang bisa digunakan dalam komunikasi adalah bahasa, sebab bahasa dapat menunjukkan pemyataan seseorang mengenai hal-hal, selain yang kongkret juga yang abstrak, baik yang terjadi saat sekarang maupun waktu yang lalu dan masa yang akan datang. Tidak demikian kemampuan lambang-lambang lainnya.Yang penting dalam komunikasi ialah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni: a. dampak kognitif, b. dampak afektif, c. dampak behavioral. Dampak kognitif adalah yang timbul pada komunikan yang menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Di sini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan lain perkataan, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran diri komunikan. Dampak afektif lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif. Di sini tujuan komunikator bukan hanya sekadar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya.
Yang paling tinggi kadarnya adalah dampak behavioral, yakni dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.










Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.

C. KOMPONEN KOMUNIKASI
a. Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.
2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.
b. Sumber-Penerima
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.
c. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).
c. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
e. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
f. Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
g. Umpan Balik
Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.
h. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.
D. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI
Harol D. Lasswell
The surveillance of the environment, fungsi komunikasi adalah untuk mengumpulkan dan menyebarkan informasi mengenai kejadian dalam suatu lingkungan (kalau dalam media massa hal ini sebagai penggarapan berita).
The correlation of correlation of the parts of society in responding to the environment, dalam hal ini fungsi komunikasi mencakup interpretasi terhadap informasi mengenai lingkungan (disini dapat diidentifikasi sebagai tajuk rencana atau propaganda).
The transmission of the social heritage from one generation to the next, dalam hal ini transmission of culture difocuskan kepada kegiatan mengkomunikasikan informasi, nilai-nilai, dan norma sosial dari suatu generasi ke generasi lain.
Onong Uchjana Effendi
Dimensi-dimensi Komunikasi mempunyai pendapat sebagai berikut :
Public Information
Publik Education
Publik Persuasion
Publik Entertainment
Dimensi – dimensi Komunikasi tujuan komunikasi adalah sebagai berikut:
Social Change / Social Participation.
Attitude Change.
Opinion Change
Behaviour Change
Dan B. Curtis
Dalam buku Komunikasi Bisnis Profesional sebagai berikut :Memberikan informasi, kepada para klien, kolega, bawahan dan penyelia (supervisor).
E. PENGARUH BUDAYA DLM KOMUNIKASI
 Perbedaan Budaya akan mempengaruhi keefektifan dlm berkomunikasi
 Perbedaan Bahasa dapat pula mempengaruhi keefektifan Komunikasi
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN/ HAMBATAN BERKOMUNIKASI
I. Pengetahuan
II. Pengalaman
III. Intelegensi
IV. Kepribadian
V. Budaya
VI. Biologis; kelainan mulut, gagap, cadel
G. JARAK INDIVIDU DLM KOMUNIKASI
• The Intimate Zone (Jarak Komunikasi 6-18 inc/15-45cm)
 Bicara dengan teman dekat
• The Personal Zone (jarak Komunikasi 18-48 inc/45-120cm)
 Bicara keg. Sosial dengan Teman yg kita kenal baik
• The Sosial Zone (Jarak Komunikasi 4-12 feet/1,5-3,5m)
 Bicara dengan orang asing
• The Public Zone (Jarak Komunikasi >12 feet/diatas 3,5m)
 Bicara dengan pendengar => Kelompok.
H. PROBLEMATIKA KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA
Menelaah komunikasi sosial budaya dengan pendekatan komunikologis dalam masyarakat Indonesia, harus melihat dalam dimensi-dimensi das sein, das sollen, dan das Wollen, serta dalam ruang lingkup makro, meso, dan mikro, sebagaimana disinggung di muka, yang memang merupakan suatu entitas sosial budaya.















BAB III
KESIMPULAN
KOMUNIKASI SOSIAL BUDAYA
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non verbal. Perilaku verbal merupakan komunikasi yang diungkapkan oleh ucapan,kata-kata,kalimat yang tertulis. Non verbal merupakan komunikasi yang diungkapkan melalui isyarat atau lambang.
Dengan mempelajari komunikasi sosial budaya diharapkan :
a) Memahami bgaimana perbedaan budaya mempengaruhi praktik komunikasi.
b) Mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi antar budaya.
c) Meningkatkan ketrampilan verbal dan nonverbal dlm berkomunikasi.
d) Menjadikan kita mampu berkomunikasi efektif.

Agar dapat berkomunikasi secara efektif diperlukan :
a) Kemampuan memahami arti pesan verbal maupun nonverbal.
b) Kemampuan beradaptasi pada budaya yang relevan.
c) Memahami budaya merupakan upaya untuk berkomunikasi efektif.
Komunikasi antar budaya sangat penting bagi seorang pendidik dalam kegiatan belajar mengajar , karena di dalam kelas terdapat berbagi macam latar belakang budaya yang dimiliki oleh peserta didiknya. Agar dalam penyampaian materi pelajaran akan lebih mudah diterim oleh peserta didik.
Proses komunikasi pendidikan antara lain :
1. Komunikasi berlangsung dua arah.
2. Komunikasi horizontal.
3. Setiap individu memiliki nilai-nilai sosial budaya dan berhak menggunakan nilai-nilai itu.
4. Setiap individu memiliki kepentingan dan kemampuan yang berbeda.
5. Situasi komunikasi antar budya tidak statik.
6. Komunikasi harus memiliki tujuan yang jelas.
7. Memiliki strategi komunikasi yang tepat dn efektif untuk mencapi sasaran.
8. Variasi dalam penggunaan metode/ teknik penyajian.
Komunikasi antar manusia yang satu dengan yang lain disebut komunikasi interpersonal. Faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal :
a. Faktor situsional
• Deskripsi verbal yaitu keterangan secara verbal mengenai orang yang berkomunikasi dengan kita
• Petunjuk proksemik yaitu penggunaan jarak dlam berkomunukasi
• Petunjuk kinesik yaitu gerakan orang yang berkomunikasi dengan kita
• Petunjuk fasial atau wajah
• Petunjuk paralimguistik yaitu cara bagimana orang mengucapkan
• Petunjuk artifaktual yaitu segala macam penampilan

b. Faktor personal
• Tingkat pendidikan
• Umur
• Jenis kelamin
Didalam berkomunikasi seseorang akan mengalami yaitu :
1. Sensasi
2. Persepsi
3. Memori
4. Berpikir


DAFTAR PUSTAKA
1. Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada
2. Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
3. Littlejohn, Stephen W. 2001. Theories of Human Communication. USA: Wadsworth Publishing.
4. Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Rosda.
5. Ruben, Brent D,Stewart, Lea P, 2005, Communication and Human Behaviour,USA:Alyn and Bacon
6. Sendjaja, Sasa Djuarsa, 1994. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Situs Website
http://kampuskomunikasi.blogspot.com/2008/06/fungsi-dan-tujuan-komunikasi.html
http://one.indoskripsi.com/content/teori-pengertian-komunikasi

KEBUDAYAAN RIAU

on Rabu, 07 Oktober 2009

(Orang Talang Mamak)
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Pluralisme dan Integrasi Nasional yang memeperdalam kajian tentang kebudayaan dari Riau yang menitik beratkan pada kajian suku anak dalam Riau dengan dosen pengampunya Ibu Poerwanti Hadi Pratiwi, M. Si dan Ibu Widianingsih, M. Si



DISUSUN OLEH
RIZKI MEGA SAPUTRA 08413244039
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG SEJARAH
Penduduk Provinsi Riau terdiri dari penduduk asli dan para pendatang yang berjenis-jenis suku bangsanya. Mereka tinggal di daerah-daerah tertentu dan kota. Adapun suku-suku yang terdapat di Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
Suku Melayu; merupakan penduduk asli dan mayoritas, terdapat di seluruh daerah Riau.
Suku Bugis dan Makassar; mereka datang dari Sulawesi Selatan. Banyak terdapat di Indragiri Hilir, seperti di Tembilahan, Enok, Tempuling Gaung anak Serka dan Reteh. Suku Banjar; Suku Banjar ini datang dari Kalimantan Selatan, mereka menetap di Tembilahan dan Sapat.
Suku Mandahiling; mereka tinggal dengan daerah berbatasan dengan Sumatera Utara seperti di Pasir Pengaraian.
Suku Batak; mereka tinggal dikota-kota yang agak besar. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai Pegawai Negeri, anggota TNI dan buruh.
Suku Jawa; pada umumnya ada di daerah Riau, terutama daerah transmigrasi dan daerah perkotaan. Mereka ada yang bekerja sebagai petani yang rajin, pegawai negeri, anggota TNI, buruh dan sebagainya.
Suku Minangkabau; suku Minangkabau pada umumnya tinggal di kota-kota dan daerah pasar. Pada umumnya mereka hidup sebagai pedagang, namun banyak juga yang menjadi pegawai negeri, anggota TNI, dll. Suku Minangkabau merupakan suku yang suka merantau.
Suku-suku lainnya adalah Cina; Suku Cina pada umumnya tinggal di daerah kepulaun seperti di Bagansiapi-api dan Bengkalis. Namun sekarang ini banyak juga yang tinggal didaerah perkotaan.
Mengenai asal usul Orang Talang Mamak menurut cerita rakyat yang hidup pada masyarakat di sini. Dikatakan bahwa mereka berasal dari Minangkabau. Kemudian nenek moyang mereka menikah dengan perempuan asli tempat tersebut yang dilakukan dengan menghilir batang Kuantan atau Sungai Indragiri yang dipimpin oleh Datuk Perpatih Nan Sebatang. Kemudian hasilnya maka lahirlah Putri Bertampuk Emas.
Ada juga yang mengatakan bahwa Orang Talang Mamak itu sebagai Suku Nan Enam yang berasal dari Tiga Balai. Dan masih banyak versi asal usul dari Talang Mamak itu sendiri dari mana. Talang mempunyai arti ladang baru yang telah ditanami. Sedangkan Mamak itu gari dari keturunan ibu (matrilineal).
Orang Talang Mamak tinggal di daerah yang termasuk dalam kawasan Kabupaten Indragiri Hulu. Mereka terkenal dengan suku yang masih terasing dan tinggal sangat terpencil. Pada tahun 1978 orang Talang Mamak sudah mau diajak untuk bergabung bersama dengan masyarakat yang tidak primitive lagi, in sampaikan oleh Departemen Sosial dengan cara mengadakan kegiatan yang mengikut sertakan orang Talang Mamak.
Bahwa memang orang Talang Mamak itu sangat pekat sekali dengan pemikiran adat istiadat yang mereka pegang dari nenek moyang mereka, hal ini mulai luntur ketika suku ini mulai menerima kebudayaan dari luar.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan daiatas maka pemakalah akan membuat beberapa pertanyaan yang sekiranya, nantinya membentu dalam menjawab pertanyaan pada kesimpulan, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apakah Riau mempunyai suku-suku yang unik dari suku-suku yang ada di Indonesia selama ini?
2. Apakah daerah ini sudah terintegrasi baik dengan masyarakat setempat yang bukan orang asli (penduduk transmigrasi) ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI KEBUDAYAAN
Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia. Provinsi ini terletak di Pulau Sumatra dan beribukotakan Pekan baru. Provinsi Riau di sebelah utara berbatasan dengan Kepulauan Riau dan Selat Melaka; di sebelah selatan dengan Provinsi Jambi dan Selat Berhala; di sebelah timur berbatasan dengan Laut Cina Selatan (Provinsi Kepulauan Riau), dan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.






Gambar 1
Peta Provinsi Riau

Gambar 2
Lambang Provinsi Riau
Lambang Daerah Provinsi Riau yang terdiri dari empat bagian itu mempunyai arti :
1. Mata rantai tak terputus yang berjumlah 45 melambangkan persatuan bangsa dan diproklamirkan pada tahun 1945, yaitu tahun Proklamasi Republik Indonesia.
2. Padi dan kapas berarti kemakmuran (sandang pangan), Padi 17 butir dan 8 Bunga Kapas mengingat pada tanggal Proklamasi 17 bulan 8 (Agustus).
3. Lancang Kuning mengandung arti kebesaran Rakyat Riau, sedang sogok Lancang berkepala ikan melambangkan bahwa Riau banyak menghasilkan Ikan dan mempunyai sumber-sumber penghidupan dari laut.
4. Gelombang lima lapis melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.
5. Keris berhulu Kepala Burung Serindit melambangkan Kepahlawanan Rakyat Riau berdasarkan pada kebijaksanaan dan kebenaran.
Luas wilayah Provinsi Riau adalah 111.228,65 kilometer persegi (luas sesudah pemekaran Provinsi Kepulauan Riau) yang terdiri dari pulau-pulau dan laut-laut. Keberadaannya membentang dari lereng Bukit Barisan sampai Laut Cina Selatan, terletak antara 1°15´ Lintang Selatan sampai 4°45´ Lintang Utara atau antara 100°03´-109°19´ Bujur Timur Greenwich dan 6°50´-1°45´ Bujur Barat Jakarta.
Daerah Provinsi Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 milimeter per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau serta musim hujan. Rata-rata hujan per tahun sekitar 160 hari.
Menurut catatan Stasiun Metereologi Simpang Tiga, suhu udara rata-rata di Kota Pekanbaru menunjukkan optimum pada 27,6 ° Celsius dalam interval 23,4-33,4° Celsius. Kejadian kabut tercatat terjadi sebanyak 39 kali dan selama Agustus rata-rata mencapai 6 kali sebagai bulan terbanyak terjadinya kejadian.
• Suku bangsa: Suku Melayu, Suku Bugis, Suku Banjar, Suku Minangkabau, Suku Jawa, Suku Batak, Suku Sunda, Suku Makassar, Suku Tionghoa
• Agama: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu
Orang Talang Mamak atau Suku Talang Mamak hidup beberapa desa di kabupaten Indragiri Hulu, bagian Hilir. Antara lain : di Talang Siambul, Rantau Langsat, Talang Langsat, Rantau Langsat, Talang Usul, dan Talang Jerinjing.
Berikut adalah Orang Talang Mamak dari hasil survei penduduk 1979
Jumlah Penduduk Suku Talang Mamak
No Nama Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Talang Siambul 120 113 233
2 Rantau Langsat 228 212 440
3 Talang Langsat 105 125 230
4 Talang Usul 19 23 42
5 Talang Jerinjing 180 220 400
Jumlah 652 693 1.345
Sumber: Kantor Sensus Kabupaten Indragiri Hulu 1979.
B. SISTEM RELIGI
Karena Riau termasuk dalam daerah yang melayu sangat pekat sekali jadi sudah barang tentu pengaruh Islam sangatlah kuat di Riau. Islam (88%), Protestan (1%), Katolik (5%), Buddha (6%), Hindu (0,2%) tahun 2007

Gambar 3
Peta penyebaran agama Hindu Budha ke Riau dari abad V sampai dengan XIV yang kemudia masuk pengaruh agama Islam

Gambar 4
Candi Muaro Takus yang merupakan bukti bahwa pada saat itu ada penyebaran agama Hindu Budha sebelum Agama Islam masuk ke Riau.

Gambar 5
Peta Penyebaran Agama Islam masuk ke Riau tampak dari gambar bahwa penyebarannya tidak hanya dari satu titik.

Gambar 6
Mesjid Agung An Nur Riau sebagai penanda bahwa Islam memang berkembang pesat di daerah tersebut.
Secara resmi pada sebgaian orang Talang Mamak sudah beragama Islam. Menurut ceritanya bahwa yang membawa masuk ajaran Islam ke daerah ini adalah para alim Ulama dari kerajaan Indragiri di Rengat telah berpuluh-puluh tahun yang lalu. Walaupun sudah secara resmi memeluk Islam namun kebanyakan dari masyarakat tersebut masih belum menjalakan ajaran dengan sepenuhnya. Bahkan rumah ibadah seperti Mesjid atau Surau tidak ada di daerah Talang Mamak.
Karena mereka masih bertingkah laku pada adat istiadat yang mereka percayai sebelumnya yang dibawa dan diajarkan oleh nenek moyang mereka. Dan bisa dikatakan mereka masih memepercayai roh-roh halus (animisme). Kepercayaan lama yang diwariskan oleh nenek moyang mereka disebut Langkah Lama. Orang-orang yang masih memegang teguh kepercayaan lama karena mereka tidak mau menerima agama lain. Menurut mereka dengan menerima agama lain maka sama saja dengan merusak apa yang telah diajarkan oleh nenek moyang mereka.
C. SISTEM BAHASA
Bahasa pengantar pada umumnya menggunakan bahasa Melayu. Bahasa Melayu Riau mempunyai sejarah yang cukup panjang, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada Zaman Kerajaan Sriwijaya, Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa internasional Lingua franca di kepulauan Nusantara, atau sekurang-kurangnya sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu, semenjak pusat kerajaan berada di Malaka kemudian pindah ke Johor, akhirnya pindah ke Riau mendapat predikat pula sesuai dengan nama pusat kerajaan Melayu itu. Karena itu bahasa Melayu zaman Melaka terkenal dengan Melayu Melaka, bahasa Melayu zaman Johor terkenal dengan Melayu Johor dan bahasa Melayu zaman Riau terkenal dengan bahasa Melayu Riau.
Pada zaman dahulu ada beberapa alasan yang menyebabkan Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi digunakan, yaitu:
(1) Bahasa Melayu Riau secara historis berasal dari perkembangan Bahasa Melayu semenjak berabad-abad yang lalu. Bahasa Melayu sudah tersebar keseluruh Nusantara, sehingga sudah dipahami oleh masyarakat, bahasa ini sudah lama menjadi bahasa antar suku di Nusantara,
(2) Bahasa Melayu Riau sudah dibina sedemikian rupa oleh Raja Ali Haji dan kawan-kawannya, sehingga bahasa ini sudah menjadi standar, dan
(3) Bahasa Melayu Riau sudah banyak publikasi, berupa buku-buku sastra, buku-buku sejarah dan agama baik dari zaman Melayu klasik maupun dari yang baru.
Bahasa: Bahasa Melayu, Bahasa Indonesia, Bahasa Hokkian.
D. SISTEM KESENIAN
MUSIK
• Musik Gambus Melayu
• Kompang Bengkalis
• Calempong Kampar
• Gong Tanah Sibunguik
• Berdah Rengat
TARIAN
• Tarian Gamelan
• Serampang Dua Belas
• Joged Lambak
• Zapin
• Tari Lancang Kuning
• Tari Pembubung
• Tari Makan Sirih
• Tari Tandak

Gambar 7
Salah satu bentuk tarian dari Riau yang dimainkan dengan Pria dan Wanita dalam upacara pernikahan

Gambar 8
Tari Tandak yang diperankan oleh para wanita dangan menggunakan pakaian yang khusus sebagai pembeda dari tari yang lainnya


Gambar 9
Salah satu alat tradisional masyarakat Riau selain dari keris,badik dan lain-lain
Provinsi Riau sangat kaya akan kerajinan daerahnya, hanya sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian. Salah satu bentuk kerajinan daerah Riau adalah anyaman yang berkembang dalam bentuk beraneka ragam yang erat hubungannya dengan kebutuhan hidup manusia. Kerajinan anyaman dibuat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah dan daun Rumbia. Hasil anyaman ini berupa; bakul, sumpit, ambung, katang-katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut sempirai, pangilo, lukah dan sebagainya.
Kerajinan lainnya adalah berupa tenunan yang sangat terkenal yaitu tenunan Siak. Tenunan siak ini mempunyai motif yang khas, sehingga nilai jualnya juga cukup tinggi. Tenunan ini biasanya dikerjakan dengan peralatan tradisional. Tenunan ini apabila dikelola dengan baik justru memberikan keuntungan yang cukup besar, tidak saja pengrajin tenun tapi juga bagi daerah Siak sendiri.
PERMAINAN RAKYAT
Sebenarnya permainan yang dimiliki oleh masyarakat setempat kebanyakkan hamper mirip dengan masyarakat pada umumnya, mungkin saja hanya istilah permainannya yang berbeda. Salah satunya Congkak, Patok Lele dan Lu lu Cina Buta serta Tram Tram Buku
Tram-tram buku mungkin agak lain dengan masyarakat lain pada permainan ini. Permainan ini sangat digemari oleh masyarakat Bengaklis dan sering dimainkan oleh anak perempuan. Tram-tram bukuk punya syairnya:
Tram-tram buku
Seleret tiang batu
Mata bende mata paku
Anak belakang tangkap satu
E. SISTEM KEKERABATAN dan KEMASYARAKATAN
Dalam kehidupan masyarakat di Riau banyak beragam adat istiadat yang dimiliki oleh masyrakat sebagai khasanah yang dapat memeperkaya anekaragam kebudayaan yang ada di Indonesia.

Gambar 10
Pakaian yang digunakakan oleh pasangan pengantin saat melangsungkan Pernikahan

Gambar 11
Salah satu bentuk dari Pakaian Adat Riau
Di provinsi ini masih terdapat kelompok masyarakat yang di kenal dengan masyarakat terasing, antara lain:
1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapa kabupaten antara lain Kampar, Bengkalis, Dumai:
2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah Kabupaten Indragiri Hulu dengan daerah persebaran meliputi tiga kecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat:
3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah Hutan Panjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis:
4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Baru dan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa Sokap di Pulau Rangsang Kecamatan Tebing Tinggi serta mendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.

Gambar 12
Suku masyarakat asli dari provinsi Riau
5. Provinsi Riau sangat kaya dengan kerajinan daerah. Hanya saja hingga kini potensi kini potensi ekonomi rakyat ini masih kurang perhatian. Salah satu bentuk kerajinan daerah Riau adalah anyaman yang erat hubungannya dengan kebutuhan hidup manusia. Kerajinan ini dikembangkan dalam bentuknya yang aneka ragam, dibuat dari daun pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam – macam pula, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang – katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut sempirai, pangilo, lukah dan sebagainya.
6. Kerajinan lain yang juga populer adalah Tenunan Siak. Tenunan ini mempunyai motif yang khas, sehingga nilai jualnya juga cukup tinggi. Tenunan ini biasanya dikerjakan dengan peralatan tradisional.
7. Suku Barok: betempat di Pulau Lipan, Kepenghuluan Penuba dan Kecamatan Lingga.
8. Suku Mantang: Ini adalah suku terasing yang tinggal di perairan kabupaten Kepulauan Riau.
9. Orang Melayu Lautan: Terdapat di Pulau Rempang yang sangat terpencil.

Gambar 13
Upacara pemandian yang dilakukangan pengantin setelah melakukan malam pernikahannya.
F. SISTEM MATA PENCAHARIAN
Rerata masyarakat disini banyak yang bermata pencaharian sebagai petani.

Gambar 14
Hutan yang merupakan komoditas utama

Sektor pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya.
Data 2006 juga menunjukkan bahwa tak kurang dari 134.290 ha sawah kini berproduksi, menghasilkan 421.384 ton padi. Jumlah produksi ini meningkat dibanding dua tahun terakhir. Padi 2004, 144.499 ha sawah menghasilkan 453.817 ton padi, lalu menurun menjadi 133.496 ha sawah pada 2005 dengan produksi 423.095 ton padi. Ladang jagung yang berproduksi seluas 16.524 ha, menghasilkan 36.421 ton. Kedelai, singkong dan umbi-umbian juga diproduksi di Riau. Ada 2.829 ha lading kedelai terhampar di sana dengan jumlah produksi 2.923 ton, sementara 5.266 ha ladang singkong dan umbi-umbian memproduksi 52.997 ton.
Potensi hutan juga besar di Riau. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat pemerintah setempat, luas hutan di sana mencapai 4.160.710 ha terdiri atas 228.793,82 ha hutan lindung, 529.487 ha hutan konservasi, 914.839 ha hutan produksi terbatas, dan 2.487.590 ha hutan produksi. Dari hutan-hutan itulah pemerintah setempat memperoleh anggaran dari produksi 8.022.009,30 m³ kayu bulat, 188.201,82 m³ kayu gergajian dan 260.709,32 m³ kayu lapis. Dengan perairan dan lautan seluas 470,80 km², Riau tidak mau ketinggalan dalam bisnis perikanan, baik perikanan laut, perairan umum, tambak maupun keramba. Ada banyak jenis ikan yang telah dibudidayakan. Pada 2005 saja, berhasil diproduksi 97.781,3 ton perikanan laut, 24,693,7 ton ikan dari perairan umum, 674,5 ton ikan dari tambak dan 24.768,8 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 717,21 miliar. Setahun kemudian, semua hasil meningkat. Pada 2006, berhasil di produksi 99.188,3 ton perikanan laut, 14.173,5 ton ikan dari perairan umum, 244,6 ton ikan dari tambak dan 2.741,3 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 1.174 miliar.

Gambar 15
Salah satu kekayaan yang dimuliki daerah ini yaitu kilang minyak yang terdapat dilaut lepas
Berbagai jenis peternakan juga telah dikembangkan, terutama sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik. Pada 2005, ternak sapi potong populasinya mencapai 102.352 ekor per tahun, sementara ternak kambing 256.324 ekor per tahun, ternak domba 2.453 ekor per tahun, babi 46.386 ekor per tahun, ayam buras 316.425 ekor per tahun dan itik 339.269 ekor per tahun. Karena itu, daging yang diproduksi per tahun nya mencapai 4.593183 kg daging sapi, 434.806 kg daging kambing, 1.490 kg daging domba, 874.262 kg daging babi dan 29.355.155 kg daging ayam unggas.
Perkebunan juga merupakan sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.
Komoditi nomor dua Riau antara lain alpukat sebanyak 3.46 ton (2005), ayam sebanyak 2,206,501.00 ekor (2005), babi sebanyak 2,357.00 ekor (2004), bayam sebanyak 1,147.00 ton (2003), bebek sebanyak 117,393.00 ekor (2003), star fruit sebanyak 47.37 ton (2005), fruit sebanyak 115.90 ton (2005), chickpea sebanyak 28.50 ton (2005), cabe sebanyak 1,184.00 ton (2003), cempedak sebanyak 347.45 ton (2005), langsat sebanyak 49,479.00 ton (2005), durian sebanyak 17.26 ton (2005), gambir sebanyak 1,607.00 ton (2003), granit sebanyak 120,000,000.00 meter kubik (2005), inudstri brik, industri granit, industri batubara, industri cat, industri kaca, industri kimia, industri logam, industri minyak sawit, industri pengolahan kelapa, industri pengolahan sagu, industri semen, industri tanah liat, bebek, jagung, jahe, jambu, jeruk, kacang, buncis, kedelai, kakao, kambing, bayam air, kaolin, kacang kedelai, kelapa, kelapa hibrida, walnut, kencur, kentang, kerbau, tapioka, singkong, dan mentimun.

G. SISTEM PENGETAHUAN
Sebanarnya dari setiap daerah yang ada di Indonesia pada dasarnya konsep yang dimiliki dalam system pengetahuan yang dimiliki masyarakat Riau itu diturunkan atau diwariskan oelh nenek moyang mereka dari bangsa melayu samapi sekarang pun sedikit banyak masih digunakan seperti melihat pertanda dari alam untuk menentukan musim tanam dan lain sebagainya. Misalnya lain lagi dengan cara mengitung dangan decimal yaitu saru sampai sepuluh dan seterusnya.
H. SISTEM TEKNOLOGI


Gambar 16
Rumah Adat Riau yang memang hampir sama dengan rumah adat daerah yang lain seperti Padang, Palembang dan Jambi karena asal mula yang sama yaitu Melayu dengan konsep panggung dan adanya bentuk atap rumah yang mirip runcing.
Pada masyarakat Riau teknologi yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dari mata pencaharian yang mereka lakukan:
Teknologi pertanian. Di masyarakat Riau sendiri alat-alat yang digunaka sudah mulai menyetentuh pada modern pada saat pemerintahan yang baru misalnya untuk memotong rumput mereka sudah menggunakan alat pemotong rumput yang menggunakan mesin bukan alat tradisional sedangkan untuk masyarakat anak dalamnya sebagaian kecil masih menggunakan parang panjang untuk memebersihkan lahannya atau membuka lading merekan untuk lahan pertanian.
I. SISTEM TRANSPORTASI
Karena Riau termasuk daerah yang beragam maka trasportasiyg diadakan juga sesuai dengan kondisi yang terjadi pada daerah tersebut.

Gambar 17
Transportasi laut, terdiri dari:

Perahu motor kecil (pompong): banyak digunakan oleh masyarakat di kawasan pesisir (hinterland)

Kapal Ferry (MV): merupakan transportasi utama antar kota (Tanjung Pinang - Batam - Karimun - Lingga)

SpeadBoat : transportasi boat cepat, biasa digunakan masyarakat untuk tujuan Tanjung Pinang - Lobam - Batam
KM. Perintis: merupakan salah satu transportasi laut menuju ke dan dari kab. Natuna
Pelabuahan laut. Tanjung pinang, Tanjung Balai Karimun, Dumai, Rengat, Ban Besar dan Batu Ampar.
Transportasi darat, terdiri dari:
Taksi: merupakan salah satu alat transportasi darat utama di Kota Batam, selain itu merupakan salah satu angkutan umum dari kota Tanjungpinang menuju Kijang (Kec. Bintan Timur - Kab. Bintan)
Angkutan kota (angkot): memiliki perbedaan sebutan di masing-masing daerah, untuk Tanjungpinang sebutan untuk angkot adalah "Transport", sedangkan di kota Batam disebut "Metro Trans"
Bus: untuk kota batam Bus itu sendiri memiliki beberapa jenis,diantaranya : Damri & bus kota (Busway). Di Kota Tanjungpinang, Bus digunakan oleh masyarakat untuk menuju Tanjunguban (Kec.Bintan Utara - Kab.Bintan). Selain itu juga terdapat bus khusus anak sekolah.
Becak motor: Di kawasan pesisir (hinterland)seperti kawasan Kec. Belakang Padang, dan Pulau Penyengat terdapat sebuah transportasi darat yang cukup unik, yakni Becak Motor.
Ojek : Ojek banyak di temui di pangkalan ojek di banyak kawasan kota
Transportasi Udara
Provinsi ini memiliki 3 bandara udara, yakni:
Bandara Internasional Hang Nadim (Batam), Bandara Kijang (Tanjungpinang), dan Bandara Natuna.


BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan bisa di dapatkan suatu pembahasan terakhir bahwa orang talang mamak pada saat itu bulum mau menyentuh pada masyarakat yang diluar mereka. Bahkan setelah mereka memeluk agama Islam pun, kebudayaan yang lama belum juga di tinggalkan oleh mereka. Mereka beranggapan bahwa apabila mereka meninggalkan kebudayaan yang lama maka sama saja mereka telah melupakan apa yang telah diajarkan oleh nenek moyang bahkan merusaknya. Agama yang mereka miliki pada saat itu cukup banyak masuk kedaerah Riau seperti Animisme, Hindu Budha, Islam, Kristen, Protestan dan Konhucu. Ini terjadi karena daerah Riau merupakan daerah yang sangat mudah dijangkau oelah Negara-negara lain dengan pejalanan laut. Sedangakan pada saat ini pengaruh yang sangat kuat yaitu dari Islam selain dari kebudayaan yang Indonesia yang melayu dan pengaruh dari bangsa-bangsa lain sudah mulai masuk ke Riau.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
DEPDIKBUD. Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Riau. 1985: Jakarta.
DEPDIKBUD. Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Riau. 1996/1997: Jakarta.
___. Riau. Yayasan Bhakti Wawasan Nusantara.1992: Jakarta


SITUS
http://id.wikipedia.org/wiki/Riau (1 September 2009/1.44 pm)
http://www.riau.go.id/ (1 September 2009/9.47 pm)
http://wisata.voucher-hotel.com/transportasi/kepulauan-riau/transportasi-di-kepulauan-riau.html (5 Oktober 2009/9.08 Am)

jangan मेंयेरह (डी'masiv)

on Rabu, 02 September 2009

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Kita pasti pernah
Dapatkan cobaan yang berat
Seakan hidup ini
Tak ada artinya lagi

Reff 1:
Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anugerah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik

Tak ada manusia
Yang terlahir sempurna
Jangan kau sesali
Segala yang telah terjadi

Back to: Reff 1

Reff 2:
Tuhan pasti kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasanya
Bagi hambanya yang sabar
Dan tak kenal putus asa

Bridge:
Jangan menyerah (6x)

Back to: Reff 1 & Reff 2

Coda:
Dan tak kenal putus asa (2x)

on Sabtu, 06 Juni 2009

DOA
oleh Kahiril Anwar
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

13 November 1943

on Kamis, 04 Juni 2009

KESEMPATAN KERJA SEKTOR INFORMAL PEKOTAAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Dosen Pengampu Grendi Hendrastomo,MM

Heru Susanto 08413244039
Prita Eswari 08413244015
Rizki Mega Saputra 08413244039
Yeni Ristiana 08413244003
Yohanes Kristianto Nugroho 08413244047



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Sektor Informal
Peran Sektor Informal
Keberadaan Pekerja Informal
Permasalahan Dan Upaya Mengatasinya
BAB III PENUTUP
Simpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah Sektor Informal mulai dikenal dunia di awal tahun 1970’an dari suatu penelitian ILO di Ghana, Afrika. Sejak saat itu berbagai definisi dan pengertian dibuat orang. Pengertian yang populer dari pekerjaan informal pada awalnya adalah sederhana, yakni suatu pekerjaan yang sangat mudah dimasuki, sejak skala tanpa melamar, tanpa ijin, tanpa kontrak, tanpa formalitas apapun, menggunakan sumberdaya lokal, baik sebagai buruh ataupun usaha milik sendiri yang dikelola dan dikerjakan sendiri, ukuran mikro, teknologi seadanya, hingga yang padat karya, teknologi adaptatip, dengan modal lumayan dan bangunan secukupnya. Mereka tidak terorganisir, dan tak terlindungi hukum.
Sektor informal perkotaan merupakan suatu sektor yang kurang mendapat dukungan dari pemerintah, tidak tercatat secara resmi dan beroperasi di luar aturan pemerintah. Sektor informal perkotaan terdiri dari sektor yang syah dan tidak syah, diantara sektor – sektor yang syah antara lain meliputi, pertanian, perkebunan, penjahit hal ini termasuk sektor primer dan sekunder, sedangkan yang tersier adalah sewa - menyewa, banyak juga sektor informal lainnya diantaranya adalah pedagang kaki lima, pedagang kelontong, pedagang pasar dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam sektor informal yang tidak syah dalam artian tidak dikehendaki keberadaannya diantaranya adalah, yang berupa jasa biasanya agen penadah pencurian, tempat pelacuran, dan tempat – tempat perjudian.
Sektor informal meliputi bidang kegiatan yang bervariasi. Pekerjanya menghasillkan beragam barang dan jasa.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah sedikit di paparkan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan untuk sebagai bentuk data yang bias dibahas, sebagai berikut:
1. Apakah Jenis-jenis dari sector informal itu ?
2. Bagaimana cara untuk menanggulangi masalah ini, yang terjadi di masyarakat ?

BAB II
PEMBAHASAN
Pekerja informal dalam industri tersier juga ada di mana-mana. Di arena perdagangan, pedagang amat banyak variasinya. Pedagang yang, dapat menggerakkan dagangannya berpindah tempat secara instan dapat dipastikan informal, seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, pedagang keliling. Penjaja jasa seperti tengkulak dan makelar termasuk pekerja informal. Dalam pada itu, pedagang yang menetap pun seperti warung tegal tergolong dalam sektor ini. Dalam arena perhubungan, kita kenal ojek, tukang becak, sopir angkot, perahu tambangan, taksi gelap misalnya. Yang sangat luas ialah sektor jasa, seperti buruh cuci di rumah, pemulung, pengamen, pekerja seks komersial, pengetik, pengasuh anak, penggunaan komputer, distribusi surat dan selebaran-selebaran. Juga, tak kurang dalam sektor finansial sekalipun. Lintah darat atau pemberi pinjaman uang telah kita kenal sejak dahulu kala. Di masa kini, institusi keuangan seperti akuntan menggunakan tenaga informal. Sangat popular juga adalah penukar uang atau money changer yang bisa kita jumpai bahkan di pelabuhan-pelabuhan internasional. Dapat disimpulkan bahwa sektor ini benar-benar dapat menyerap banyak tenaga kerja dalam berbagai jenis. Kemampuan penciptaan kerja juga meringankan beban pihak-pihak pemberi kerja.
JENIS-JENIS SEKTOR INFORMAL
Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:
1. Sah; terdiri atas:
• a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder—pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.
• b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar—perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.
• c. Distribusi kecil-kecilan—pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.
• d. Transaksi pribadi—pinjam-meminjam, pengemis.
• e. Jasa yang lain—pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain-lain.
2. Tidak sah; terdiri atas :
• a. Jasa—kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran, dan lain-lain.
• b. Transaksi—pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain.
Ada beberapa pembagian dari sektor informal ini yaitu 3 kelompok pekerja informal, ke dalam:
1. Pengusaha (pemilik usaha informal dan Pemilik sekaligus operator dari pengusaha mandiri);
2. Pekerja mandiri (kepala dari bisnis keluarga, orang yang mempekerjakan diri sendiri, tenaga kerja keluarga tak di bayar), dan
3. Buruh upahan (pekerja dari perusahaan informal; Pekerja kasuaL, pekerja rumahan, pembantu rumah tangga, pekerja paruh waktu atau pekerja kadang-kadang, pekerja tak terdaftar).
PERAN SEKTOR INFORMAL
Ketika Pemerintah maupun swasta tidak mampu menyediakan lapangan kerja formal dengan norma ketenagakerjaan standar, keberadaan sektor informal sungguh merupakan katup pengaman yang patut disyukuri dalam mengatasi pengangguran. Kedamaian dan kesejahteraanpun tercipta ketika perut terisi dan kebutuhan hidup dan keluarga tercukupi. Kriminalitas tentu dapat di tekan. Pada masa krisis mulai tahun 1997 yang hingga kini belum pulih, peran sektor informal sebagai katup pengaman, harus diakui besar peranannya dalam penyelamatan ekonomi yang terpuruk paling bawah diantara sesama negara tetangga. Segar dalam ingatan ketika pekerja-pekerja formal terPHK dalam jumlah yang fantastis, berduyun-duyun mereka berpindah memasuki sektor informal untuk bertahan hidup. Tak kurang karena didorong perusahaannya.
Kapasitas sektor informal menyediakan lapangan kerja luar biasa. Dari jumlah pekerja informal itu sendiri, kita hanya bisa memperkirakan bahwa jumlah mereka berlipat kali pekerja formal. Tidak ada data yang akurat tentang berapa sesungguhnya jumlah orang yang bekerja di dalam kapling ekonomi informal ini. Hingga sekarang BPS belum pernah mengumpulkan data spesifik tentang sektor informal dalam variable khusus. Data yang di ketengahkan oleh orang-orang yang berkepentingan tentang sektor informal diperoleh berdasarkan logika melalui pilihan dari komponen Status Pekerjaan, yang berupa penjumlahan dari Tenaga Kerja tak Dibayar dan Pengusaha tanpa Buruh. Ketepatan angka ini tidak akurat, karena diantara tenaga kerja yang dibayar maupun pengusaha dengan buruh ada pula yang tergolong informal. Tak kurang dari ILO memperkirakan jumlah tenaga kerja yang mencari nafkah untuk menyambung hidupnya dalam arena ekonomi informal mencapai besaran dua-pertiga jumlah angkatan kerja. Kaum perempuan terus terkonsentrasi dalam kegiatan informal ini. Ditaksir jumlah mereka 70% dari total angkatan kerja perempuan. Dari soal ketersediaan data tentang keberadaan pekerja informal saja, dapat ditarik kesimpulan bahwa sektor ini belum mendapat perhatian. Jumlah ini terus bertambah, taruhlah dari observasi-observasi yang menunjukkan bahwa UKM (Usaha Kecil dan Menengah) semakin mengarah pada informalitas. Sudah saatnya Pemerintah mengalokasikan budget tambahan agar angka statistik dipunyai.
KEBERADAAN PEKERJA INFORMAL
Dari aspek produksi mereka kekurangan modal, teknologi maupun pendidikan, disertai sumberdaya yang terbatas. Hygiene dan sanitasi adalah masalah keseharian. Hak-hak sebagai buruh terbatas. Bagi yang terikat dalam hubungan buruh majikan, upah sangat rendah, dalan skala 20% - 70% UMR Jam kerjanya diatas jam kerja standar, tanpa uang lembur. Tak ada jaminan sosial, tak ada bonus, promosi kerja.
Dari aspek organisasi, pekerja informal tergolong tak terorganisir. Kalaupun ada sangat terbatas dalam kelompok-kelompok pada lokalita sempit. Kebanyakan mereka bekerja terisolasi. Karena jam kerjanya amat panjang, tak ada waktu luang untuk berorganisasi. Yang menyedihkan adalah karakteristik yang bermuara pada apa yang disebut kemiskinan. Tentunya data kemiskinan di kalangan mereka ini yang spesifik harus bisa diidentifikasi. Kita hanya bisa mengamati bahwa kemiskinan menganga didepan pekerja informal dan keluarganya, akibat pendapatan keci dari pekerja informal mandiri ataupun upah buruh yang sedikit. Pendapatan serta produktivitas yang rendah berhubungan erat dengan modal yang kecil. Sebagai pekerja, merekapun tidak memperoleh perlindungan sosial. Karenanya, masalah kesehatan akibat kerja misalnya menjadi tanggungan pribadi. Mereka banyak yang menyebut diri “orang susah.”
PERMASALAHAN DAN UPAYA MENGATASINYA
Batasan mengenai sektor informal sebagai sebuah fenomena yang sering muncul diperkotaan masih dirasakan kurang jelas, karena kegiatan-kegiatan perekonomian yang tidak memenuhi kriteria sektor formal—terorganisir, terdaftar, dan dilindungi oleh hukum—dimasukkan kedalam sektor informal, yaitu suatu istilah yang mencakup pengertian berbagai kegiatan yang seringkali tercakup dalam istilah umum “usaha sendiri”. Dengan kata lain, sektor informal merupakan jenis kesempatan kerja yang kurang terorganisir, sulit dicacah, dan sering dilupakan dalam sensus resmi, serta merupakan kesempatan kerja yang persyaratan kerjanya jarang dijangkau oleh aturan-aturan hukum.
Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh Keith Hart (1971) dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar tenaga terorganisasi.
Apa yang digambarkan oleh Hart memang dirasakan belum cukup dalam memahami pengertian sektor informal yang sesungguhnya. Ketidakjelasan definisi sektor informal tersebut sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan agak arbiter yang terlihat apabila seseorang menyusuri jalan-jalan suatu kota Dunia Ketiga: pedagang kaki lima, penjual koran, pengamen, pengemis, pedagang asongan, pelacur, dan lain-lain. Mereka merupakan pekerja yang tidak terikat dan tidak terampil dengan pendapatan rendah dan tidak tetap.
Untuk lebih memahami pengertian akan sektor informal, ada baiknya kita melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki; Bersandar pada sumber daya lokal; Usaha milik sendiri; Operasinya dalam skala kecil; Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif; Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal; dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.
Untuk mengatasi masalah sektor informal, diperlukan ketegasan dari pemerintah kota. Selama ini, pemerintah hanya melakukan “penertiban” dalam mengatasi masalah sektor informal. Namun hal tersebut terbukti tidak efektif, karena setelah para pedagang kaki lima tersebut ditertibkan maka beberapa hari kemudian mereka akan kembali ketempat semula untuk berjualan. Selain itu, ada kecenderungan tempat yang digunakan untuk berjualan tersebut diperjualbelikan, padahal mereka berjualan dilokasi Public Space yang merupakan milik pemerintah. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan melanggar hukum.
Sektor informal perkotaan merupakan suatu sektor yang kurang mendapat dukungan dari pemerintah, tidak tercatat secara resmi dan beroperasi di luar aturan pemerintah. Sektor informal perkotaan terdiri dari sektor yang syah dan tidak syah, diantara sektor – sektor yang syah antara lain meliputi, pertanian, perkebunan, penjahit hal ini termasuk sektor primer dan sekunder, sedangkan yang tersier adalah sewa - menyewa, banyak juga sektor informal lainnya diantaranya adalah pedagang kaki lima, pedagang kelontong, pedagang pasar dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam sektor informal yang tidak syah dalam artian tidak dikehendaki keberadaannya diantaranya adalah, yang berupa jasa biasanya agen penadah pencurian, tempat pelacuran, dan tempat – tempat perjudian.
Memang kadang sector informal ini sangatlah diremehkan oleh pemerintah pada kegiatan ekonomi. padahal yang akan membantu pemerintah dalam pembangunan ini sangatlah penting. Kerja di sektor kerja informalatau popular dengan kata pedagang kaki lima (PKL) merupakan hal fenomenal di Indonesia. Para pekerja ini sering kita jumpai di pinggir-pinggir jalan ataupun kolong-kolong jembatan di daerah perkotaan. Kebanyakan mereka adalah para migran yang datang dari pedesaan akibat sempitnya lapangan pekerjaan di sana. Daerah perkotaan yang sepertinya menjanjikan banyak hal, terutama perbaikan ekonomi bagi kehidupan mereka menjadi daerah tujuan untuk mengadu nasib. Namun, karena kurangnya kemampuan dan keahlian yang mereka miliki, akhirnya kebanyakan mereka mencoba mencari pekerjaan yang tidak terlalu memerlukan banyak keahlian, mudah dan bisa mendatangkan uang dengan cepat. Pilihan itu kebanyakan adalah sektor informal dengan menjadi pedagang kaki lima.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sektor informal sebagai sektor alternatif bagi para migran cukup memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan. Selain membuka kesempatan kerja, sektor informal juga dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat kota. Namun, pertumbuhan sektor informal yang pesat tanpa mendapat penanganan yang baik dan terencana akan menimbulkan persoalan bagi kota. Untuk itu, pemerintah kota harus jeli dalam menangani masalah sektor informal itu. Sehingga, sektor informal dapat tumbuh dengan subur tanpa mengganggu kepentingan umum, terutama tidak mengganggu keamanan, ketertiban dan keindahan kota.
Untuk mengatasi masalah sektor informal, diperlukan ketegasan dari pemerintah kota. Selama ini, pemerintah hanya melakukan “penertiban” dalam mengatasi masalah sektor informal. Namun hal tersebut terbukti tidak efektif, karena setelah para pedagang kaki lima tersebut ditertibkan maka beberapa hari kemudian mereka akan kembali ketempat semula untuk berjualan. Selain itu, ada kecenderungan tempat yang digunakan untuk berjualan tersebut diperjualbelikan, padahal mereka berjualan dilokasi Public Space yang merupakan milik pemerintah. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindakan melanggar hukum.
Sempitnya lapangan pekerjaan, terutama di daerah pedesaan menyebabkan timbulnya pekerja sektor informal. Padahal, kalau kita melihat dari sisi positif fenomena pekerja sektor informal ini, akan ada banyak potensi yang bisa dikembangkan. Sebagai contoh adalah Negara Cina yang berhasil membangun perekonomian negaranya dari sektor informal penduduknya yang melakukan kegiatan usaha mandiri. Sebagaimana yang dikatakan oleh Knowledge Wharton, perekonomian Cina hingga sekarang terus mengalami pertumbuhan pesat, rata-rata 8,35 persen selama kurun waktu tahun 1990 dengan melakukan bisnis konvensional yang jauh dari system legal dan financial yang sangat berbeda dengan sistem perekonomian yang diaplikasikan Barat.
Sektor kerja informal dapat mengurangi pengangguran yang terjadi di Indonesia. Pekerja sektor informal ini tidak bisa dihilangkan. Dia akan terus ada seiring dengan pertumbuhan penduduk. Yang harusnya dilakukan adalah mengatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan banyak kerugian dan dampak negatif. Potensi dari para pekerja sektor informal tersebut akan menjadi potensi yang sangat besar dalam mendukung perkembangan ekonomi sektor informal. Yang belum dilakukan pemerintah selama ini adalah pemberdayaan masyarakat dengan melakukan penumbuhan iklim usaha pembinaan dan pengembangan sehingga pekerja di sector informal tersebut mampu menumbuhkan dan memperkuat dirinya menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.


DAFTAR PUSTAKA

Gilbert, Alan dan Josef Gugler. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga, P.T Tiara Wacana Yogya.
http://google.com/gwt/n-studi-literatur-sektor-informal-perkotaan.html
http://pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/45-masyarakat/64-sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html
http://Wordpress.com/pedagang_kaki_lima
Manning, Chris dan Tadjuddin Noer Effendi. Urbanisasi, Pengangguran, dan Sektor Informal di kota. Yayasan Obor Indonesia.

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN I
KELURAHAN KLEGO (KAMPUNG ARAB) PEKALONGAN TIMUR PEKALONGAN




Disusun Oleh :
Agung Prajuliyanto 08413244012
Dyta Enggar Hapsari 08413244043
Eka Kurniawati 08413244001
Indra Wijarnako 08413244021
Kardina Ari Setirasih 08413244005
Rizki Mega Saputra 08413244039
Sri Verawati 08413244046
Sri Hanugrah Agin Martasari 08413244020
Yohanes Kristianto Nugroho 08413244047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami dalam mengerjakan laporan kuliah kerja lapangan ini tanpa ada rintangan apapun yang membuat kami kesulitan dalam menyusunya.
Dalam penyusunan laporan ini banyak pihak yang berperan untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Beliau yang membantu dalam penulisan laporan kuliah kerja lapangan ini yaitu
1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta Bapak Sardiman,A.M.M.Pd selaku pihak yang telah mengizinkan kami dalam melakukan penelitian yang dilakukan pada 1-2 Mei 2009 di Pekalonga dan Pemalang.
2. Bu Terry Irenewati, M. Hum selaku ketua jurusan Sejarah.
3. Bu Puji Lestari, M. Hum selaku ketua prodi pendidikan sosiologi.
4. Bu V . Indah Sri Pinasti selaku dosen pembimbing dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan kuliah kerja lapangan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan saran dan usulan demi kemajuan yang kami dapatkan yang akan datang lebih baik lagi.

Yogyakarta, Mei 2009


PENULIS







DAFTAR ISI
Halaman Judul..............................................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan..................................................................................1-2
A. Latar Belakang…………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………2
C. Tujuan Penelitian.............................................................................2
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................3-4
A. Stratifikasi Sosial..............................................................................3
B. Mobilitas Sosial.................................................................................3
C. Norma-Norma Sosial....................................................................... 3
D. Pranata Sosial....................................................................................4
E. Kelompok Sosial...............................................................................4
F. Interaksi Sosial....................................................................................4
BAB III Pembahasan ...............................................................................5-11
BAB IV Penutup.........................................................................................12
A. Kesimpulan......................................................................................12
B. Saran................................................................................................12
Lampiran............................................................................................. 13-16


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat merupakan pergaulan hidup, oleh karena itu manusia hidup dengan bersama-sama. Masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari kehidupan bersama manusia, yang seperti kita sebut yaitu kemasyarakatan. Masyarakat sebagai bidang kajian dari sosiologi pada hakekatnya dapat dilihat dari berbagai sisi atau aspek. Apabila dilihat dari struktural dapat disebut dengan struktural sosial , yaitu tentang keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yakni kaedah-kaedah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial dan stratifikasi sosial. Yang dimaksud dengan dinamika masyarakat adalah apa yang disebut sebagai proses sosial dan perubahan-perubahan sosial. Proses sosial adalah cara berhubungan dapat dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dengan menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan itu atau apa yang terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara yang telah ada dari masyarakat.
Mengacu pada pengertian struktur sosial menurut Kornblum yang menekankan pada pola perilaku yang berulang, maka konsep dasar dalam pembahasan struktur adalah adanya perilaku individu atau kelompok. Perilaku sendiri merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang didalamnya terdapat proses komunikasi ide dan negosiasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang maka dapat diambil suatu rumusan masalah yang bisa untuk acuan dalam pembahasan ini, rumusan masalahnya yaitu:
a. Apa yang terjadi dalam di perkampungan arab tersebut, apabila ditinjau dari kajian sosiologi?
b. Apakah di masyarakat perkampungan arab struktur dan proses sosial yang ada di teori sama dengan yang ada pada kenyataanya atau pada praktiknya sama halnya dengan yang dipelajari mahasiswa selama ini, baik dari segi interaksi, mobilitas dan sebagainya?
c. Apakah teori yang ada di masyarakat perkampungan arab bila ditinjau dari segi kajian sosiologi yang dipelajari selama ini?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dengan adanya penelitian tentang masyarakat keturunan arab yang ada di kelurahan Klego Pekalongan Timur pekalongan, maka kami mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Mengerti apa yang terjadi dalam masyarkat perkampungan Arab.
b. Mempelajari struktur dan proses sosial di masyarakat khususnya yang ada di masyarakat perkampungan Arab.
c. Untuk menempuh mata kuliah kkl 1 dengan pokok bahasan tentang proses dan struktur sosial.


BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian ini bisa menggunakan teori-teori yang memberikan gambaran yang ada dalam kaitan proses dan struktur masyarakat.
A. STRATIFIKASI SOSIAL
Bisa melihat asal kata dari stratifikasi yaitu stratum (jamaknya menjadi strata) yang artinya lapisan. Pitirm A Sorikin mengatakan bahwa sistem pelapisan merupakan ciri yang tetapnya dan umum setiap masyarakat yang hidup teratur. Jadi stratifikasi sosial menurut Pitirim yaitu pembedaan penduduk atau masyarkat kedalam kelas-kelas kedalam tingkatan atau dapat disebut dengan stratifikasi sosial. Di masyarkat Perkampungan Arab tidak terjadinya suatu pelapisan yang menjadi ciri khas dari masyarkat mereka. Joseph Schumpeter mengatakan bahwa terbentuknya kelas dalam masyarakat karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
B. MOBILITAS SOSIAL (Social Mobility)
Masyarakat ini merupakan mobilitas geografis yaitu perpindahan atau pergerakan penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan status yang sama di tempat yang lain.
C. NORMA-NORMA SOSIAL
Norma yang terbentuk oleh Perkampungan Arab dapat dikatakan adanya asimilasi yang terjadi dalam masyarakat ini karena mereka hanya mengikuti norma yang ada di Pekalongan saja tanpa ada membawa norma yang ada dari negara asalnya.

D. PRANATA SOSIAL
Horton dan Hunt mengartikan pranata sosial sebagai suatu hubungan sosial yang terorganisir yang memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur yang sama dan yang memenuhi kebutuhan dasar tertentu dalam masyarakat.
E. KELOMPOK SOSIAL
Kelompok-kelompok sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong.
F. INTERAKSI SOSIAL
Interaksi yang terjadi pada masyarkat Perkampungan Arab di klego sangatlah baik dengan masyarakat setempat, apabila kita melihat syarat-syarat terjadinya interaksi sosial yang ada di Perkampungan Arab ini. Maka ini sangat baik sekali bila diterapkan dalam masyarkat yang lain. Dengan begitu komunikasi atau interaksi yang terjadi bisa mempererat satu dengan yang lainnya. Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”.

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam masyarkat Perkampungan Arab (Klego) Pekalongan Timur termasuk kedalam kajian yang ada dalam Proses dan struktur sosial. Di perkampungan Arab ini mempunyai kesamaan kebudayaan dengan masyarakat yang ada di Pekalongan asli. Bahkan mereka tidak mau dianggap kalau mereka termasuk orang Arab, dengan begitu maka tidak ada yang membedakan antara mereka dengan masyarakat setempat. Bahkan orang yang masih dianggap asli keturunan asli Arab tidak mau dianggap orang Arab karena mereka telah menganggap kalau Indonesia adalah negara mereka bukan Arab. Memang dahulu orang-orang arab yang datang ke Indonesia itu berasal dari berbagai negara misalnya Persia, Gujarat dan negara-negara Timur Tengah yang lainnya. Mereka bisa menetap di Indonesia dengan cara melakukan perkawinan dengan masyarakat setempat. Selain itu mereka juga berdagang sambil menyebarkan agama Islam. Bahkan cara itu disebarluaskan sampai Nanggroe Aceh Darusalam yang sampai disebut-sebut sebagai Serambi Mekah. Norma dibuat supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan.
Pada awalnya norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja, namun lama kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar. Norma-norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada norma yang lemah, sedang , sampai yang terkuat daya ikatnya. Dan pada akhirnya, anggota-anggota masyarakat tidak berani melanggarnya. Menurut kekuatan mengikatnya, norma dapat dibedakan menjadi:


1. Cara (usage)
Di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat. Suatu penyimpangannya tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat, namun hanya sekedar celaan. Di masyarakat kampung Arab (Kelurahan Klego), sistem cara (usage) masih seperti kebanyakan orang-orang Jawa lainnya,mereka tidak memiliki cara-cara khusus dalam kehidupannya. Karena sebagian besar penduduknya, bertempat tinggal di kampung Arab tersebut sejak mereka masih kecil, sehingga sistem cara masih seperti masyarakat jawa pada umumnya dan mereka tidak membentuk cara-cara tersendiri, misalnya saja tentang cara berpakaian yang harus sopan.
2. Kebiasaan (folkways)
Mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara. Kebiasaan dapat diartikan sebagai kegiatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama dan merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai perbuatan tersebut. Dalam masyarakat Arab di kelurahan Klego, tidak memiliki sistem kebiasaan yang khusus. Pada dasarnya, seperti dalam sistem cara, kebiasaan masyarakat Arab pun masih sama dengan masyarakat lain, misalnya seperti: kebiasaan menghormati orang yang lebih tua dan menghargai orang yang lebih muda.
3. Tata Kelakuan
Semua tindakan atau tata kelakuan di desa Klego Pekalongan (Kampung Arab) telah diatur oleh norma-norma yang berfungsi untuk mengatur semua tindakan warga keturunan di daerah tersebut. Norma-norma tersebut telah disepakati dan telah dilaksanakan secara turun temurun, walaupun sebenarnya peraturan-peraturannya tidak berbeda jauh dengan peraturan-peraturan masyarakat Pekalongan. Sebagian besar peraturannya menyesuaikan dengan peraturan yang sudah ada, apalagi warga keturunan Arab juga hidupnya membaur dengan warga Pekalongan lainnya. Norma-norma dalam masyarakat tersebut yang mengatur tentang pola perilaku atau tata kelakuan wajib ditaati dan dijalankan oleh semua warga masyarakat di Pekalongan umumnya serta warga keturunan Arab pada khususnya.
Contoh-contoh tata kelakuan yang telah disepakati antara lain adalah bahwa warga masyarakat dilarang mabuk, main perempuan, judi, mencuri , dan lain sebagainya yang tidak jauh berbeda dengan norma tata kelakuan pada umumnya. Apabila warga masyarakat ada yang melanggar tata kelakuan yang telah disebutkan di atas dan melanggar norma tata kelakuan yang telah disepakati maka sebagian besar akan diberi teguran terlebih dahulu oleh warga masyarakat lain, namun apabila orang tersebut tetap melanggarnya maka sudah tidak bisa ditoleransi lagi, maka warga akan menyerahkan pada pihak yang berwajib, mengucilkan mereka dari masyarakat, bahkan akan ada labeling melekat pada diri orang yang melanggar norma-norma tentang tata kelakuan tersebut ataupun dihukum sesuai peraturan yang berlaku dan ditaati dalam masyarakat tersebut.
4. Adat Istiadat
Adat istiadat di daerah Klego tersebut tidak jauh berbeda dengan warga masyarakat sekitar karena warga keturunan Arab pada umumnya sudah membaur dan hidup bersama dengan rukun, ada pula yang telah menikah dengan warga Pekalongan dan mempunyai anak atau keturunan. Adat istiadat di daerah Klego ini pada umumnya menyesuaikan dengan adat istiadat orang Pekalongan, sehingga adat istiadat mereka sebagian besar sama dengan adat istiadat warga Pekalongan. Adat istiadat dalam sebuah perkawinan mengatur bahwa dalam sebuah perkawinan atau pernikahan harus seagama.
Istilah Pranata Sosial oleh Soerjono Soekanto disebut lembaga kemasyarakatan istilah bahasa Inggris Social institution atau bisa juga di artikan sebagai lembaga social. Istilah pranata social berkaitan erat dengan istilah instusi (pranata) dan institute (lembaga). Institusi atau pranata adalah system norma atau aturan- aturan khusus mengenai aktivitas masyarakat. Jadi, istitusi merupakan wujud kongkret dari paranata. Sedangkan lembaga kemasyarakatan adalah himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Komponen keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak. Tiap- tiap keluarga menjalankan hak dan kewajibannya, serta peranannya masing-masing. Keluarga memiliki aturan atau norma yang harus ditaati oleh anggota keluarganya. Pranata keluarga adalah system norma yang mengatur tindakan manusia dalam hubungannya dengan lembaga keluarga. Di daerah Pekalongan, khususnya masyarakat arab proses pelamarannya biasa-biasa saja, tidak ada yang khusus. Proses pelamaran dilakukan selang beberapa hari, biasanya diawali dengan, orang tua wali mendatangi dan memberikan pertanyaan kepada calon wanita yang akan di lamar secara baik-baik. Dihari tersebut disepakati kapan akan dilangsungkan atau dilaksanakan pernikahan. Setelah kedua belah pihak menyetujui kapan akan dilangsungkannya pernikahan, dihari perkawinanya pihak laki-laki membawa seserahan untuk pengantin wanita.
Dalam pola perkawinan masyarakat arab, tidak ada aturan khusus. Masyarakat arab boleh menikah dengan masyarakat asli Pekalongan, yang penting seagama. Masalah tempat tinggal tidak ada masalah, tapi biasanya istri yang ikut suaminya, atau bisa juga suami yang ikut istrinya tergantung situasi. Zaman dahulu masyarakat arab dalam menikah, anak harus menurut kepada orang tua dalam memilih pendamping hidupnya, sedangkan zaman sekarang secara umum melalui pacaran dahulu atau ta’aruf(secara agama islam).
Dalam mendidik anak-anaknya masyarakat arab tidak begitu mempermasalahkannya. Prioritas orang tua terhadap sekolah anaknya sama secara umum. Walaupun masyarakat arab itu di kenal dengan keislamannya, tapi para orang tua mendidik anaknya dengan menyekolahkan anaknya di sekolahan umum dan ada juga orang tua yang memasukkan anak-anaknya ke pesantren atau sekoalah-sekolah yang lebih menekankan pada agamnya, tapi tergantung orang tuanya juga. Sistem kekerabatan yang terjadi telah hilang di masyarakat ini, karena mereka menganut sistem yang umum di Indonesia, tidak lagi menggunakan marga yang pada semestinya.
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi antar kelompok tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya. Interaksi dapat bersifat Asosiatif dan Dissosiatif. Interaksi yang bersifat asosiatif mengarah kepada hal-hal yang bersifat positif di dalam suatu kelompok. Dalam proses ini terjadi suatu kerjasama antar satu kelompok masyarakat dengan yang lain. Masyarakat keturunan Arab di Pekalongan terdapat suatu kerjasama yang baik, baik dalam sesama warga keturunan arab sendiri ataupun dengan warga masyarakat sekitar. Mereka tidak harus bekerja sama hanya dengan warga keturunan Arab saja akan tetapi bisa dengan warga masyarakat yang lain. Contoh lain kerjasamanya adalah ketika menjelang Idul Fitri diadakan acara bakti sosial yang membagikan bantuan zakat fitrah kepada warga masyarakat sekitar. Hal ini membawa pengaruh yang positif bagi hubungan antar masyarakat, tidak dapat disangkal bahwa di Pekalongan dan khususnya di kampung Arab hampir tidak ada konflik atau pertikaian antar sesama warga keturunan Arab ataupun dengan warga masyarakat yang lain.
Interaksi yang bersifat dissosiatif. Salah satu bentuk proses disosiatif adalah persaingan. Persaingan diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan . Persaingan dalam hal ekonomi, kebudayaan, kedudukan, peranan, ras dan lain-lain. Di kampung Arab, masyarakatnya sangat mementingkan pendidikan hal ini terbukti dengan upaya dari walikota Pekalongan yang juga warga keturunan Arab yakni Bapak Dr. Baasir Bardis yang mengusahakan tersedianya pendidikan bagi seluruh warganya. Jadi dapat dikatakan bahwa persaingan hanya berupa pendidikan semata dan tetap bersifat positif bukan bersifat negatif ataupun menuju kepada perpecahan.
Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu terhadap hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang tinggi , akan menempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi dari yang lainnya. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan dari posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda secara vertikal. Pelapisan masyarakat pada dasarnya sudah ada sejak masyarakat mengenal kehidupan bersama. Dan stratifikasi di Indonesia tampak begitu nyata dan tajam ketika kolonialisme yang terjadi pada zaman dulu. Pada masa penjajahan Belanda terjadi pelapisan-pelapisan sosial yang dibuat oleh pemerintah Belanda yang mana pelapisan-pelapisan tersebut menimbulkan tingkatan-tingkatan sosial masyarakat dari yang paling atas ke lapisan yang paling bawah. Sistem lapisan dalam masyarakat, dalam sosiologi dikenal dengan social stratification.
Pitirim A.sorokin menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan di bawahnya. Menurut Soerjono Soekanto(1982), di dalam masyarakat selalu dan pasti mempunyai sesuatu yang dihargai. Sesuatu yang dihargai dimasyarakat bisa berupa kekayaan, ilmu pengetahuan, status haji, status darah biru, atau keturunan dari keluarga tertentu yang terhormat. Sifat sistem lapisan social dalam masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification). System lapisan social yang bersifat tertutup membatasi pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan lainnya, baik yang bergerak ke atas ataupun yang bergerak ke bawah.
Sebaliknya dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan usaha sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan atas ke lapisan di bawahnya. Stratifikasi sosial pada masyarakat Klego termasuk system lapisan social yang terbuka. Sesuatu yang dianggap sedikit lebih tinggi mungkin hanya kekayaan, itupun tidak menimbulkan pengaruh yang berarti dalam kehidupan mereka bermasyarakat. lapisan social disana kurang jelas terlihat karena pada umumnya, mereka hidup berdampingan dan tidak mempermasalahkan status dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karena warga masyarakat Klego mayoritas beragama islam dan dalam islam stratifikasi sosial tidak dibenarkan.




BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam kajian teori dan pembahasan, sehingga dapat disimpulkan sebagai akhir penulisan laporan yang kami susun ini. Dengan begitu kesimpulan yang kami dapat dari penelitian ini adalah bahwa masyarakat keturunan arab telah menyatu dengan masyarakat yang ada disekitarnya meskipun demikian mereka yaitu masyarakat keturunan arab tidak mengenal penuh dengan kebudayaan yang ada di arab. Sehingga dapat di katakan telah terjadinya asimilasi dari kebudayaan arab menjadi kebudayaan masyarakat setempat yaitu masyarakat asli pekalongan. Yang dapat dilihat misalnya dari tata cara pernikahan, sistem kekerabatan, norma yang ada di masyarakat itu. Oleh karena itu, tidak ada yang membedakan antara masyarakat setempat dengan masyarakat keturunan arab dalam struktur dan proses sosial di masyarakat.
B. SARAN
Dalam penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna dalam penyusunannya. Oleh karena itu, kami butuh adanya saran yang bisa menjadi penyemangat bahkan yang sifatnya membangun. Demi perbaikan yang kami lakukan setiap mengadakan laporan sebagai suatu penulisan yang baik. Maka itu sangat kami butuhkan untuk kedepan yang lebih mendukung lagi. Dan dalam penyusunan laporan ini kami hanya berdiskusi di dalam ruangan, sehingga yang kami dapatkan informasinya hanya dari beberapa narasumber yang ada di dalam ruangan itu.